Kesimpulan dari Percobaan Conjoint dan Dampaknya terhadap Kebebasan Pers

Kesimpulan dari Percobaan Conjoint dan Dampaknya terhadap Kebebasan Pers

Artikel ini membahas bagaimana hasil percobaan conjunto dapat diinterpretasikan sebagai refleksi preferensi pengguna. Dalam kenyataannya, estimand target yang digunakan dalam percobaan conjunto, AMCE (Average Marginal Conditional Effect), tidak memiliki definisi yang jelas dan dapat menghasilkan estimasi yang tidak akurat. Kita menunjukkan bahwa bahkan dengan subjek eksperimen yang rasional secara individu, estimasi AMCE yang tidak bias dapat menunjukkan keberatan sebaliknya dari preferensi mayoritas.

Kita juga membahas bagaimana sosial choice correspondence yang terkait dengan AMCE memiliki beberapa sifat yang tidak diinginkan. Untuk menyelesaikan masalah ini, kita memberikan metode untuk menentukan batas yang ketat pada proporsi subjek eksperimen yang memiliki keberatan sekuat-kuat terhadap fitur-kandidat tertentu. Kita juga menyajikan asumsi yang dapat membantu mengurangi ukuran batas-batas tersebut.

Kesimpulan yang ditarik dari artikel ini adalah bahwa AMCE tidak dapat diinterpretasikan sebagai refleksi preferensi pengguna, sehingga hasil percobaan conjunto harus diinterpreret dengan hati-hati.

Hubungan Antara Akses Internet dan Kebebasan Pers

Dalam artikel lain, kita membahas bagaimana akses internet yang meningkat dapat mempengaruhi kebebasan pers dan akuntabilitas pemerintah. Kita menunjukkan bahwa peningkatan akses internet membuat penyelesaian partial capture, di mana pemerintah membolehkan kemampuan terbatas untuk pers, menjadi strategi yang tidak dapat diterima.

Dengan mengamplifikasi pengaruh outlet-outlet tradisional kecil, akses internet yang lebih tinggi meningkatkan biaya penyelesaian dan risiko bahwa massa kritis warga akan menjadi informasi dan menggulingkan jabatan yang saat ini ada. Kita menunjukkan bagaimana kasus-kasus seperti Turki dan Tunisia dapat digunakan untuk memahami konsekuensi dari akses internet yang meningkat terhadap kebebasan pers.

Mobilisasi Protest di Era Media Sosial

Dalam artikel lain, kita membahas bagaimana media sosial dapat menjadi alat yang efektif dalam mobilisasi protest. Kita menggunakan data kualitatif dan kuantitatif dari pemberontakan Mesir 2011 untuk menunjukkan bagaimana Facebook dan Twitter digunakan sebagai platform untuk merekrut pengikut, merencanakan dan koordinasikan protes, serta memperbarui informasi tentang logistik protes.

Kita juga membahas bagaimana media sosial dapat menjadi alat yang efektif dalam mendorong perubahan politik. Dalam artikel ini, kita menunjukkan bagaimana penggunaan dua platform media sosial, Facebook dan Twitter, dapat mempengaruhi hasil protes di Mesir pada tahun 2011.

Targeting Aid dan Efekepnya terhadap Keamanan Sosial

Dalam artikel lain, kita membahas bagaimana targeting aid dapat mempengaruhi keamanan sosial dalam masyarakat. Kita menunjukkan bahwa penyelesaian targeting aid sebagai permainan bargaining yang melibatkan tiga pemain, yaitu kelompok target, elit, dan kelompok yang dikecualikan.

Kita juga membahas bagaimana penyelesaian ini dapat menghasilkan konsekuensi yang tidak diinginkan, seperti peningkatan ketidakadilan dalam distribusi sumber daya. Kita menggunakan data regresi discontinue dan survei asli dari program bantuan yang diterapkan di Aceh, Indonesia untuk mendukung prediksi-prediksi kita.

Dalam artikel ini, kita menunjukkan bagaimana dinamika masyarakat dapat mempengaruhi hasil ekonomi dan sosial dari program bantuan yang dipusatkan.