Pandemi COVID-19 telah mengubah pola hidup manusia di seluruh dunia. Salah satu akibat pandemi ini adalah peningkatan minat masyarakat terhadap belanja online dan e-commerce. Dalam konteks Indonesia, Tokopedia, perusahaan e-commerce asal Indonesia, telah menjadi salah satu pemain utama dalam industri tersebut.
Tokopedia didirikan pada tahun 2005 oleh Michael Aditya Salim, Krisbinanto Wirjosoedarso, dan Gustaf Agustinus. Awalnya, perusahaan ini hanya menjual produk online dengan nama " Tokobu" yang kemudian berubah menjadi Tokopedia. Pada tahun 2011, Tokopedia mendapatkan backing dari investasi Alibaba Group, yang membuat perusahaan ini cepat tumbuh dan menjadi salah satu perusahaan e-commerce terbesar di Indonesia.
Pada tahun 2020, pandemi COVID-19 mencapai Indonesia, dan akibatnya, masyarakat membutuhkan cara baru untuk belanja online. Tokopedia segera mengantisipasi situasi ini dengan meningkatkan investasinya pada sistem logistics dan delivery untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Dalam beberapa tahun terakhir, Tokopedia telah melakukan berbagai inovasi dan ekspansi bisnisnya. Contohnya, perusahaan ini telah meluncurkan layanan sharia-compliant untuk meningkatkan aksesibilitas produk kepada masyarakat Muslim Indonesia. Selain itu, Tokopedia juga telah memperluas sayap bisnisnya ke sektor umrah dengan menghadirkan lebih dari 21 juta produk umrah online.
Namun, tidak semua berjalan mulus bagi Tokopedia. Pada tahun 2018, perusahaan ini mengalami data breach yang melibatkan lebih dari 15 juta pengguna. Kejadian ini telah menimbulkan kekhawatiran akan keamanan data konsumen.
Dalam konteks global, Tokopedia juga telah diikutsertakan sebagai salah satu perusahaan e-commerce terbesar di Indonesia oleh badan-badan internasional seperti United States Trade Representative (USTR) dalam laporan Notorious Markets for Counterfeiting and Piracy tahun 2018 dan seterusnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, Tokopedia juga telah menjadi sasaran minat investasi dari berbagai perusahaan teknologi asing. Contohnya, pada tahun 2023, TikTok mengumumkan investasi $1,5 miliar dalam bisnis e-commerce Tokopedia Indonesia. Keputusan ini telah menimbulkan spekulasi bahwa Tokopedia akan menjadi salah satu pemain utama di industri e-commerce global.
Dalam kesimpulan, Tokopedia telah melakukan berbagai inovasi dan ekspansi bisnisnya untuk mengantisipasi situasi pandemi dan meningkatkan posisinya sebagai perusahaan e-commerce terbesar di Indonesia. Dengan demikian, perluasan sayap bisnisnya ke sektor umrah, sharia-compliant, dan lain-lain telah membantu Tokopedia menjadi salah satu pemain utama dalam industri e-commerce global.
Referensi:
- Florene, Ursula (22 March 2021). "Inside Tokopedia, the Indonesian e-commerce company offering almost everything". KrASIA.
- Tung, Hans; Taslim, Dimitra (7 November 2019). "S2 Episode 6: William and Patrick of Tokopedia: from Selling T-Shirts to Driving 1.5% of Indonesia's GDP". Evolving for The Next Billion.
- Mulia, Khamila (22 November 2018). "Tokopedia surges to most valuable unicorn in Indonesia after $1b funding from SoftBank". KrASIA.
- Park, Kate (11 December 2023). "TikTok to invest $1.5B in GoTo's Indonesia e-commerce business Tokopedia". TechCrunch.
- Mulia, Khamila (16 November 2018). "Indonesian Tokopedia launches service to bridge online and offline retailing". KrASIA.
- Yasmin, Nur (27 November 2019). "Tokopedia Dips Toes Into $1.8b Umrah Market". Jakarta Globe.
- Cimpanu, Catalin. "Hacker leaks 15 million records from Tokopedia, Indonesia's largest online store". ZDNet.
- "Indonesia's Tokopedia Probes Alleged Data Leak of 91 Million Users". NDTV Gadgets 360.
- "Data breach affects 15 million users at Indonesian e-commerce firm Tokopedia". The Straits Times.
- United States Trade Representative (USTR). "Notorious Markets for Counterfeiting and Piracy Report".