Ketika perang Vietnam berlangsung, teori domino menjadi sangat populer. Teori ini menyatakan bahwa jika komunis memenangkan perang di satu tempat, maka akan mengguncang stabilitas di tempat lain. Keberadaan teori domino ini dapat dilihat pada pernyataan Dwight D. Eisenhower, mantan Presiden Amerika Serikat, yang dalam wawancara tahun 1959, ia menyatakan bahwa "if Indonesia falls to communism, the rest of Southeast Asia will follow" (jika Indonesia jatuh ke komunisme, maka sisanya Asia Tenggara akan mengikuti).
Selain itu, teori ini dapat didorong lebih jauh setelah meningkatnya jumlah serangan oleh kelompok teroris sayap kiri di Eropa Barat yang didanai oleh pemerintah negara-negara komunis antara tahun 1960-an dan 1980-an. Di Italia, serangan tersebut meliputi penculikan dan pembunuhan mantan Perdana Menteri Italia Aldo Moro dan penculikan mantan Brigadir Jenderal A.S. James L. Dozier oleh Brigade Merah. Di Jerman Barat, serangan teroris dilancarkan oleh Faksi Pasukan Merah. Di Timur Jauh, Pasukan Merah Jepang melancarkan serangan serupa.
Dalam wawancara Frost/Nixon tahun 1977, Richard Nixon mempertahankan destabilisasi rezim Salvador Allende di Chili oleh Amerika Serikat dengan alasan teori domino. Meminjam metafora yang ia dengar, ia menyatakan bahwa Chili dan Kuba yang komunis akan menciptakan "roti lapis merah" yang dapat menggencet Amerika Latin.
Pada 1980-an, teori domino digunakan untuk membenarkan intervensi pemerintahan Reagan di Amerika Tengah dan kawasan Karibia. Dalam memoarnya, mantan Perdana Menteri Rhodesia Ian Smith menyebut kebangkitan pemerintahan sayap kiri otoriter di Afrika Sub-Sahara pada era dekolonisasi sebagai "taktik domino kaum komunis". Menurut Smith, pembentukan pemerintahan pro-komunis di Tanzania (1961–64) dan Zambia (1964) dan pemerintahan Marxis-Leninis di Angola (1975), Mozambik (1975), dan Rhodesia (1980) merupakan bukti "penggerogotan diam-diam imperialisme Soviet di benua ini".
Kartun politik Carlos Latuff yang menyamakan teori domino dengan Musim Semi Arab.
Sejumlah analis kebijakan luar negeri di Amerika Serikat menyebut penyebaran teokrasi Islam dan demokrasi liberal di Timur Tengah sebagai dua kemungkinan adanya teori domino. Pada masa Perang Iran-Irak, Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya mendukung Irak karena khawatir teokrasi radikal Iran akan menyebar di Timur Tengah. Semasa invasi Irak 2003, sejumlah pihak neokonservatif Amerika berpendapat bahwa apabila pemerintahan demokratis dibentuk di Irak, demokrasi dan liberalisme akan menyebar di Timur Tengah. Hal tersebut dijuluki sebagai "teori domino terbalik" karena efeknya dianggap positif oleh Barat, bukan negatif.
Bibliografi
- Eisenhower, Dwight D. (1959). Wawancara.
- Gott, Richard. "Rough Draft of History: 'All Right, Let's Get the @#!*% Out of Here'" Diarsipkan 2005-11-26 di Wayback Machine., August 11, 2005
- Boot, Max. "Another Vietnam?", The Wall Street Journal, August 24, 2007
- KGB Active Measures
- Red Army Faction
- Brigate Rosse
- Smith, Gaddis (1993). The Last Years of the Monroe Doctrine, 1945-1993.
- Smith, Ian (2008). Bitter Harvest: Zimbabwe and the Aftermath of Its Independence. London: John Blake Publishing. hlm. 280. ISBN 978-1-84358-548-0.
- Wright, Robert. "The War and the Peace" Diarsipkan 2007-06-24 di Wayback Machine., Slate, April 1, 2003