Pada bulan Juni 2016, Inggris memutuskan untuk meninggalkan Uni Eropa (EU) setelah referendum yang digelar. Keputusan ini dikenal sebagai Brexit, yang berarti Britain Exit dari EU. Penyebab utama Brexit adalah euroskepticisme, yaitu kemunduran terhadap integrasi dan penggunaan kekuatan politik di dalam EU.
Euroskepticisme tidak hanya terjadi di Inggris, tetapi juga terjadi di beberapa negara lainnya di Eropa. Namun, Brexit menjadi contoh yang paling signifikan dan berpengaruh terhadap konstitusi EU. Kekuatan dominonya membuat beberapa negara lainnya mulai mempertanyakan keabsahan integrasi EU.
Salah satu teori yang digunakan untuk menjelaskan euroskepticisme adalah teori effek domino. Teori ini mengatakan bahwa jika sebuah negara meninggalkan EU, maka negara lain juga akan mengikuti jejaknya dan meninggalkan organisasi tersebut. Dalam kasus Brexit, beberapa analis memprediksi bahwa negara lainnya seperti Polandia, Hungaria, atau Austria dapat mengikuti jejak Inggris dan meninggalkan EU.
Bahkan, beberapa partai politik di Eropa yang progresif juga mulai mempertanyakan keabsahan integrasi EU. Mereka berpendapat bahwa EU hanya menjadi "europoli" yang tidak efektif dan tidak memberikan manfaat bagi rakyat. Sebagai gantinya, mereka mengusulkan untuk membentuk organisasi-organisasi baru yang lebih efektif dan memberikan keleluaran kepada negara-negara anggota.
Namun, teori effek domino juga memiliki kelemahan. Beberapa analis berpendapat bahwa Brexit hanya sebuah kasus isolasi yang tidak akan mempengaruhi negara lainnya. Mereka mengatakan bahwa setiap negara memiliki kondisi dan situasinya sendiri, sehingga tidak dapat dipastikan apakah mereka akan mengikuti jejak Inggris.
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa negara lainnya di Eropa juga mengalami euroskepticisme. Contohnya, Italia memutuskan untuk menjalani referendum tentang keanggotaan EU pada tahun 2016 dan hasilnya menunjukkan bahwa lebih dari 60% rakyat Italia tidak setuju dengan keanggotaan EU. Hal ini dapat menjadi indikator bahwa beberapa negara lain juga mulai mempertanyakan keabsahan integrasi EU.
Dalam penutup, teori effek domino memang memiliki potensi untuk menjelaskan euroskepticisme di Eropa, tetapi tidak dapat dipastikan apakah akan terjadi. Kondisi dan situasi setiap negara berbeda-beda, sehingga tidak dapat diprediksi apakah mereka akan mengikuti jejak Inggris. Oleh karena itu, penting untuk melakukan analisis yang lebih dalam dan mempertimbangkan faktor-faktor lainnya sebelum membuat kesimpulan.
Referensi:
- "Brexit and Euroskepticism: Will 'Leaving Europe' be Emulated?" di Oxford Academic.
- "Euroskepticism and the Domino Effect: Is 'Leaving Europe' Next?" di European Council on Foreign Relations.
- "The Rise of Euroskepticism in Italy" di The Guardian.
- "Italy's Brexit Moment Arrives" di The New York Times.