Menghadap Kepada Raja Zhou: Kisah Bi Gan dan Cai Shen

Menghadap Kepada Raja Zhou: Kisah Bi Gan dan Cai Shen

Silakan tulis artikel dalam bahasa Indonesia dengan panjang lebih dari 1000 kata.

Dalam sejarah Dinasti Zhou, terdapat kisah yang menarik perhatian. Kisah tersebut berhubungan dengan Bi Gan, Menteri yang dicungkil jantungnya, dan Daji, Selir Kaisar Zhou yang kejam.

Menurut legenda, Daji melihat jubah Raja Zhou dan menjadi ngeri. Ia bersumpah akan membalas dendam kepadanya. Tak lama kemudian, Daji berkata kepada Raja Zhou bahwa ia terkena serangan jantung, dan hanya ‘jantung lembut berlubang tujuh’ yang dapat menyembuhkannya.

Pada waktu itu tidak ada seorang pun di dalam istana yang memiliki jantung semacam itu, kecuali Bi Gan yang dianggap/diyakini sebagai orang suci. Bi Gan yang telah menelan jimat dari Jiang Ziya kemudian mengeluarkan jantungnya sendiri untuk ia persembahkan kepada Raja Zhou.

Ia tidak meninggal, bahkan tidak ada darah yang menetes. Sesuai nasihat Jiang Ziya, ia diharuskan untuk segera pulang ke rumahnya dan tidak boleh untuk menoleh ke belakang. Setelah dekat dengan rumahnya, seorang penjual wanita berseru dari belakang, ‘Hey! Jual sawi putih murah tanpa akar!).

Bi Gan yang penasaran kemudian menoleh dan bertanya, ‘Bagaimana mungkin ada sawi putih yang tidak memiliki akar?’ Wanita tersebut menyeringai kemudian menjawab, ‘Anda benar, Tuan. Sawi putih tidak dapat hidup tanpa akar, sebagaimana manusia tidak dapat hidup tanpa jantung.’

Bi Gan berteriak keras, kemudian jatuh dan meninggal. Wanita tersebut segera melesat pergi dalam wujud aslinya, yaitu siluman pipa (alat musik) dari giok.

Setelah perang antara Dinasti Shang dan Zhou berakhir, Jiang Ziya melakukan ritual pengangkatan para Dewa. Bi Gan akhirnya dianugerahi gelar Wen Qu Xing Jun (文曲星君).

Selain kisah Bi Gan, Cai Shen juga menjadi salah satu tokoh yang sangat terkenal dalam kepercayaan Buddhisme. Cai Shen adalah rupang Buddha di Tiongkok yang dipercaya sebagai reinkarnasi dari Bodhisatwa Maitreya.

Cai Shen dipercaya dapat membantu orang-orang yang memerlukan bantuan dan pertolongan. Ia sering digambarkan dengan ekspresi gaya sedang tertawa, mengenakan jubah Biksu yang tidak dapat menutupi perutnya yang buncit, dan sedang menggenggam atau memakai sebuah tasbih.

Namun, kadang-kadang Dewa Cai Shen itu melihat bahwa orang sembahyang di depan Beliau merasa sedih. Sampai Beliau bisa mengatakan, “kalau saat ini Saya bisa memberikan kamu sebongkah emas, Saya akan berikan sekarang juga”.

Memang Saya tahu kondisi kamu. Persoalannya adalah, karena Saya tidak bisa melakukan itu, karena ini berhubungan dengan karma dan tetek bengek yang lain2 nya. Ini akan menjadi sulit.

Yang biasanya bisa ditolong oleh Dewa-Dewi ini adalah pada kondisi2 urgent, yang dalam konteks adalah nyerempet2 bahaya. Mungkin Dia bisa kurangkan, atau belokkan. Itu saja.

Kalau seandainya kita ini tidak punya modal seperti itu, apa yang bisa dibantukan kepada kita? Ternyata kalau kita survei, tidak banyak umat yang ke kelenteng ini berbuat kebaikan. Yang ada, justru membuat permohonan berlebih, dengan mohon, mohon, dan mohon. Tidak salah. Tapi, kitanya sendiri punya modal apa?

Tapi pada prinsipnya, Thian itu adil dan mau menolong umat manusia.