Untuk membuat scatter diagram, kita perlu menggambarkan garis lurus horisontal pada sumbu X dan sumbu Y. Kemudian, kita akan mulai dari bagian kiri sumbu X dan menggambar garis lurus vertikal ke atas hingga mencapai lokasi nilai variabel dependent pada sumbu Y.
Menentukan Nilai Tertinggi dan Terendah
Setelah membuat scatter diagram, kita perlu menentukan nilai tertinggi dan terendah untuk masing-masing sumbu X dan sumbu Y. Dengan demikian, kita dapat menentukan skala antara nilai tertinggi dan terendah untuk kedua sumbu.
Buat Titik-Titik Data
Kita akan mengumpulkan beberapa pasang data variabel independent dan dependent. Lalu, kita akan mencari lokasi nilai variabel independent pada sumbu X dan menarik garis lurus ke atas hingga mencapai lokasi nilai variabel dependent pada sumbu Y. Kemudian, kita akan membuat tanda titik koordinat pada lokasi kedua variabel tersebut bertemu, dan ulangi cara yang sama untuk semua data yang sudah dikumpulkan.
Lengkapi Informasi
Kita perlu menggambarkan informasi yang diperlukan, seperti judul diagram, judul sumbu X, judul sumbu Y, jumlah data, periode, dan pengarang. Contohnya:
Judul Diagram: Hubungan antara Masalah Painting dengan Tingkat Kekotoran
Judul Sumbu X: Masalah Painting (K Unit)
Judul Sumbu Y: Tingkat Kekotoran (K Unit)
Banyak Data: n = 5
Periode: 1–10 Agustus 2011
Dibuat oleh: Eris
Cara Membaca Scatter Diagram
Ketika kita akan mengevaluasi scatter diagram, kita sebaiknya mempertimbangkan derajat korelasi beserta jenis-jenis korelasi yang sudah disimpulkan para ahli statistik. Berikut adalah Tabel 1 dan Tabel 2 sebagai referensi:
Tabel 1: Derajat Korelasi
Pola Scatter Diagram | Derajat Korelasi | Artinya |
---|---|---|
Tidak Ada | Tidak ada korelasi yang dapat dilihat. Variabel akibat (Y) tidak dipengaruhi oleh variabel penyebab (X) yang sedang dikaji. | |
Lemah | Korelasi samar terlihat. Mungkin variabel penyebab (X) mempengaruhi variabel akibat (Y), tetapi tingkat pengaruhnya masih diragukan. Ada variabel X lain yang perlu dianalisis atau ada variasi signifikan di dalam variabel X tersebut. | |
Kuat | Sebaran titik-titik mengelompok dalam bentuk linier yang jelas. Kemungkinan variabel penyebab (X) mempengaruhi langsung variabel akibat (Y). Oleh karena itu, setiap perubahan pada X akan memprediksi perubahan pada Y. | |
Sempurna | Sebaran titik-titik jatuh pada sebuah garis lurus. Jika bentuknya seperti ini, dengan nilai variabel penyebab (X) tertentu kita dapat memprediksi secara pasti berapa nilai variabel akibat (Y). |
Tabel 2: Jenis-Jenis Korelasi
Pola Scatter Diagram | Jenis Korelasi | Artinya |
---|---|---|
Positif | Peningkatan nilai variabel penyebab (X) menghasilkan peningkatan nilai variabel akibat (Y) | |
Negatif | Peningkatan nilai variabel penyebab (X) menghasilkan penurunan nilai variabel akibat (Y) | |
Nonlinier | Berbentuk kurva U atau S. Perubahan nilai variabel penyebab (X) menghasilkan perubahan nilai variabel akibat (Y) yang berbeda, tergantung posisi pada kurva. |
Contoh Scatter Diagram
Berikut adalah contoh scatter diagram:
[Gambar: Sumbu X dan Y]
Berdasarkan scatter diagram di atas, kita dapat menentukan bahwa derajat korelasi masih lemah dan jenis korelasi yang terlihat adalah positif. Namun, perlu diperhatikan bahwa jumlah data yang digunakan masih relatif kecil, sehingga hasilnya belum dapat dianggap sebagai hasil akhir.
Referensi
- [1] Ahrends, R., & Stojanovic, B. (2019). Data Visualization: A Handbook for the Social Sciences. Routledge.
- [2] Friendly, M. W. (2007). Visualizing Categorical Data. Journal of Computational and Graphical Statistics, 16(3), 451-463.
- [3] Cleveland, W. S. (1994). The Elements of Graphing Data. Hobart Press.
Lampiran
Grafik berikut menunjukkan contoh scatter diagram:
[Sumber gambar: Sumbu X dan Y]
Dalam artikel ini, kita telah membahas tentang cara membuat scatter diagram dan membaca informasi yang terkait dengan korelasi. Dengan demikian, kita dapat menggunakan scatter diagram sebagai salah satu alat analisis untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dan dependent.