===========================================================
Dalam era 1980-an, Jakarta digambarkan sebagai sebuah kota yang lengang dan penuh dengan kesempatan bagi siapa saja yang berlomba-lomba untuk menapaki kelas sosial yang lebih tinggi. Dalam film Setan Kredit (1982) sutradara Iksan Lahardi, kita dipertontonkan bagaimana usaha-usaha para pelaku dalam mencari kesuksesan dan meningkatkan status sosialnya. Namun, ironi terjadi ketika penonton justru merasakan kesatiran dalam komedi yang ditampilkan, sehingga mereka lebih mampu menertawakan tokoh-tokohnya daripada menertawakan diri sendiri.
Dalam film ini, kita disajikan dengan berbagai karakter yang berlomba-lomba untuk meningkatkan status sosialnya. Mereka menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan kredit, termasuk meminjam uang dan menjual aset mereka. Namun, hal tersebut tidak membuat mereka merasa puas, karena tujuan utama mereka adalah untuk menapaki kelas sosial yang lebih tinggi.
Kesan ironi dalam film ini terjadi ketika penonton justru mampu menertawakan tokoh-tokohnya daripada menertawakan diri sendiri. Penonton dapat melihat bagaimana para pelaku dalam film tersebut berlomba-lomba untuk meningkatkan status sosialnya, tetapi pada akhirnya mereka hanya mencapai kesuksesan yang sementara dan tidak berkelanjutan.
Dalam era modern, situasi ini masih terasa relevan. Banyak orang berusaha menapaki kelas sosial yang lebih tinggi dengan cara yang kurang lebih sama dengan para pelaku dalam film tersebut. Mereka menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan kredit, termasuk meminjam uang dan menjual aset mereka. Namun, hal tersebut tidak membuat mereka merasa puas, karena tujuan utama mereka adalah untuk menapaki kelas sosial yang lebih tinggi.
Dalam film Setan Kredit, kita juga dapat melihat bagaimana komedi-komedi Warkop dalam era 1980-an berusaha menyentil semua lapisan masyarakat. Mereka menggunakan berbagai cara untuk membuat orang-orang tertawa, termasuk dengan memparodiakan situasi sehari-hari dan membuat ironi. Dalam film ini, kita juga dapat melihat bagaimana pola sindiran-sindiran tersebut masih relevan hingga masa kini.
Dalam kesimpulan, film Setan Kredit (1982) adalah salah satu contoh bagaimana komedi-komedi Indonesia dalam era 1980-an berusaha menertawakan diri sendiri. Dalam film ini, kita dapat melihat bagaimana ironi terjadi ketika penonton justru mampu menertawakan tokoh-tokohnya daripada menertawakan diri sendiri. Dalam era modern, situasi ini masih relevan dan dapat dipahami dengan cara yang lebih massive.
Rujukan
- Setan Kredit (1982) Film Indonesia.
- Iksan Lahardi Sutradara film Setan Kredit.
- PT Nugraha Mas Film Produksi film Setan Kredit.
- Dono, Kasino, Indro, Minati Atmanegara, Lisa Dona, Dian Ariestya Pemain film Setan Kredit.
Keterangan
Artikel ini ditulis dalam rangka acara Bulan Film Nasional 2012 (15-31 Maret) yang diselenggarakan oleh Kineforum.