Tahun 2024, FilmNation Entertainment merilis film "Molly's Game" yang diadaptasi dari memoar sendiri yang ditulis oleh Molly Bloom. Dalam film ini, kita diajak seperti mendengarkan cerita tentang cuplikan perjalanan hidup Molly yang dibacakan sendiri olehnya secara lajak, namun tetap bernas.
Cerita "Molly's Game" tidak biasa dan datar-datar saja, melainkan lebih mirip seperti laju jet-coaster. Cerita yang seolah bertindak sebagai rangkuman buku memoar setebal 272 halaman yang telah diubah menjadi aneka dialog apik yang ditulis oleh penulis naskah film "The Social Network" (2010) dan "Steve Jobs" (2015), Aaron Sorkin.
Atas fakta itu, wajar kiranya jika Sorkin, yang kini juga duduk di kursi sutradara, menggunakan jasa narator agar cerita bisa tersampaikan secara utuh. Dengan begitu, resmi sudah "Molly's Game" menyandang status sebagai film talky.
Namun, Sorkin tidak sedang obral kata-kata. Narasi ciptaannya punya tujuan dan bobot pengetahuan. Simak saja rentetan kalimat yang meluncur deras di awal cerita tentang usaha Molly Bloom menjadi atlet ski profesional yang akan berlaga di Olimpiade.
Narator menjelaskan upaya itu dengan sangat apik, mulai dari teknik meluncur hingga kesalahan fatal yang mungkin dilakukan atlet ski saat menunjukkan aksinya setelah melompat dan melayang di udara. Narasi yang juga menjelaskan alasan Molly menghentikan karier ke-atlet-annya dan berpisah dengan pelatih, yang juga ayahnya sendiri Larry Bloom (Kevin Costner), yang keras dan "menyiksa" Molly tanpa henti agar terus berlatih.
Setelah peristiwa malang di ajang kualifikasi Olimpiade Musim Dingin 2002 itu, Molly memutuskan hijrah ke Los Angeles sekaligus menunda kuliah hukumnya. Kini ia seorang pelayan bar dan penjual minuman bagi tetamunya.
Kelihaiannya dalam berkata-kata dan menawarkan botol minuman kepada para pelanggannya rupanya mendapat perhatian dari Dean Keith (Jeremy Strong), pengunjung setia bar. Dean meminta Molly menghubungi sejumlah orang kaya untuk berkumpul di sebuah bar dan bermain poker dengan uang taruhan hingga puluhan ribu dolar.
Diam-diam, Molly rupanya mempelajari setiap istilah pada permainan poker dan berkat kecantikan dan kecerdasannya, tentu saja, ia juga mendapatkan perhatian dari para pemain poker termasuk Player X (Michael Cera).
Sejak itulah, Molly menjadi bagian dari dunia poker yang berisi orang-orang kaya dan glamour. Namun, hidupnya tidak tanpa tantangan, seperti peristiwa "Black Friday" yang memutuskan masa kejayaan Molly sebagai ratu poker.
Dalam film ini, kita juga melihat bagaimana Molly menghadapi keterpurukan dan keputusan sulit dalam hidupnya. Kita melihat bagaimana ia menyelesaikan masalah-masalah dan berjuang untuk merebut masa depannya.
Dengan demikian, "Molly's Game" tidak hanya menjadi film talky, namun juga sebuah cerita yang penuh drama dan perjuangan. Film ini diyakini akan mendapat sambutan baik dari penonton karena cerita yang dikembangkan oleh Aaron Sorkin sangat menarik dan membuat kita terlibat dalam cerita Molly.
Referensi:
- "Torched". FilmNation Entertainment. Retrieved June 8, 2024.
- Slater, Georgia (May 8, 2022). "The Molly's Game author, 44, welcomed her first child, daughter Fiona, on Feb. 8, and is opening up to PEOPLE about her difficult journey to become a mom, detailing her experience with infertility and in vitro fertilization (IVF)". People. Retrieved June 7, 2024.