Analisis Sistematis dan Metode Bayes untuk Evaluasi Efeksi Terapi pada Penderita COPD

Analisis Sistematis dan Metode Bayes untuk Evaluasi Efeksi Terapi pada Penderita COPD

Pada awalnya, analisis sistematis ini ditujukan untuk mengevaluasi efeksi terapi pada penderita pneumoni kronik obstruktif (COPD) yang menggunakan inhaler. Untuk mencapai tujuan tersebut, kami melakukan pencarian dan seleksi secara ketat terhadap studi-studi randomised controlled trials (RCTs) yang telah dipublikasikan.

Metode Pencarian

Kami melakukan pencarian terhadap Cochrane Airways Specialised Register, ClinicalTrials.gov, dan situs web manufaktur. Pencarian terakhir kami dilakukan pada tanggal 6 April 2018.

Kriteria Seleksi

Kami hanya memasukkan studi-studi RCT yang telah memenuhi kriteria sebagai berikut:

  1. Studi tersebut melakukan randomisation pada partisipan.
  2. Partisipan dalam studi memiliki usia lebih dari 35 tahun dan diagnosis COPD.
  3. Nilai forced expiratory volume in one second (FEV1) pada awalnya tidak lebih dari 80% dari prediksi.
  4. Studi tersebut berlangsung minimal 12 minggu dan mencakup minimal dua comparator aktif dari salah satu grup inhaler.

Metode Data Koleksi dan Analisis

Kami menggunakan metode Bayes Markov chain Monte Carlo untuk melakukan analisis sistematis. Kami membagi studi menjadi dua kategori, yaitu:

  1. Studi dengan partisipan yang memiliki sekurang-kurangnya satu kejadian COPD dalam 12 bulan sebelum masuk study (kategorikan sebagai high-risk).
  2. Studi dengan partisipan yang tidak memiliki kejadian COPD pada masa sebelum masuk study (kategorikan sebagai low-risk).

Kami mengumpulkan data hanya untuk comparator aktif dan tidak memperhatikan placebo. Kami menggunakan asumsi kelas/group effect apabila model fixed-class berfungsi baik. Jika tidak, kami menggunakan model random-class untuk mengevaluasi perbedaan intraclass/group.

Hasil

Dalam analisis sistematis ini, kami memasukkan total 101,311 partisipan dari 99 studi (26 studi dengan 32,265 partisipan pada kategori high-risk dan 73 studi dengan 69,046 partisipan pada kategori low-risk). Lama studi rata-rata dalam kategori high-risk adalah 52 minggu, sedangkan pada kategori low-risk adalah 26 minggu (rentang 12-156 minggu untuk keduanya).

Kami menemukan bahwa terapi kombinasional LABA/LAMA berperingkat tinggi sebagai pengobatan yang paling efektif dalam mengurangi kejadian COPD, diikuti oleh LAMA. Terapi kombinasi ini juga menunjukkan peningkatan yang lebih baik pada skor simtom dan kualitas hidup.

Namun, terapi kombinasional LABA/ICS berperingkat rendah sebagai pengobatan yang paling tidak efektif dalam mengurangi kejadian pneumonia SAE. Terapi kombinasi ini juga menunjukkan peningkatan resiko pneumonia compared to LAMA/LABA combination, LAMA dan LABA.

Kami tidak menemukan perbedaan klinis signifikan pada fungsi paru antara terapi yang berbeda. Namun, kami menemukan perbedaan statistik pada fungsi paru antara terapi LABA/LAMA versus LABA dalam kategori high-risk.

Konklusi

Dalam analisis sistematis ini, kami menemukan bahwa terapi kombinasional LABA/LAMA berperingkat tinggi sebagai pengobatan yang paling efektif dalam mengurangi kejadian COPD. Terapi kombinasi ini juga menunjukkan peningkatan yang lebih baik pada skor simtom dan kualitas hidup. Namun, kami juga menemukan bahwa terapi kombinasional LABA/ICS berperingkat rendah sebagai pengobatan yang paling tidak efektif dalam mengurangi kejadian pneumonia SAE.