WhatsApp: Menguak Kunci Kesuksesan dan Bisnis yang Unik

WhatsApp: Menguak Kunci Kesuksesan dan Bisnis yang Unik

Dalam era digital, aplikasi WhatsApp telah menjadi salah satu platform komunikasi paling populer di dunia. Aplikasi ini dikembangkan oleh Jan Koum dan Brian Acton, dua pendiri asal Yahoo!, dengan tujuan untuk menciptakan sebuah jaringan komunikasi yang sederhana namun efektif.

Koum dan Acton memulai journey mereka dengan menyingkirkan penggunaan login dan password pada aplikasi WhatsApp. Mereka percaya bahwa nomor telepon di ponsel Anda adalah "jaringan nyata kehidupan Anda". Dengan demikian, WhatsApp tidak menggunakan teknologi cloud seperti Amazon, melainkan menggunakan server yang didedikasikan untuk jaringan komunikasi, seperti Erlang dan FreeBSD.

Kecepatan dan antarmuka yang sederhana dari WhatsApp membuatnya menjadi salah satu aplikasi paling populer di dunia. Namun, model bisnis yang unik ini membedakan WhatsApp dengan aplikasi pesan lainnya, seperti WeChat, KakaoTalk, dan Kik.

WeChat, milik Tencent, telah menawarkan berbagai fitur tambahan, seperti pembelian online dan e-pemayaran di vending machine di Beijing subway. Analysts dari Barclays memperkirakan bahwa WeChat memiliki nilai sebesar $30 miliar. Kakao, sementara itu, mencapai pendapatan sebesar $200 juta pada tahun 2013 dengan menjual game dan digital sticker.

Acton menganggap fitur-fitur tambahan seperti stiker sebagai "junk" yang tidak relevan dengan misi WhatsApp, yaitu keandalan dan reliabilitas. Koum juga memprioritaskan kemudahan penggunaan dan kemampuan aplikasi untuk tetap andal.

Koum dan Acton juga memperkirakan bahwa pendapatan akan meningkat ketika WhatsApp dapat menyelesaikan sistem pembayaran yang sederhana dengan carrier. Mereka tidak ingin mengganggu pengguna dengan sistem pembayaran kompleks, sehingga membuat mereka kehilangan minat pada aplikasi.

Dalam tahun-tahun mendatang, WhatsApp berencana untuk memiliki 1 miliar pengguna dan meningkatkan pendapatan melalui kesepakatan dengan carrier. Mereka juga telah menyelesaikan beberapa perjanjian dengan Nokia untuk meletakkan tombol WhatsApp pada ponsel Asha 210.

Kesadaran akan pentingnya mempertahankan pengguna adalah prioritas kedua bagi Koum dan Acton. Mereka menganggap bahwa aplikasi lain masih memiliki peluang untuk menarik pengguna yang meninggalkan WhatsApp, dan bahwa pendiri-pendiri WhatsApp memiliki fokus yang terlalu sempit.

Namun, Koum tetap optimis dan memprioritaskan dua prioritas: mempertahankan aplikasi dan mempertahankan pengguna. Dia tidak ingin mengganggu pengguna dengan sistem pembayaran kompleks dan melupakan misi utama WhatsApp, yaitu menciptakan sebuah produk dan pengalaman pengguna yang baik.

"Fundamentally what we care about is building a product and great user experience," kata Koum. "Mark understands the network effect and he always talked about making the world more open and connected. Connected is where we come in."