Kesan Kasar dan Permainan Dingdong: Membongkar Sejarah Perjudian di Indonesia

Kesan Kasar dan Permainan Dingdong: Membongkar Sejarah Perjudian di Indonesia

Keterkaitan antara kasir tempat penukaran uang kertas dengan uang logam Rp50 umumnya yang datang berniat main judi. Demikianlah tulis Sinar Harapan pada 24 April 1984. Bonanza, sebuah permainan arcade yang populer waktu itu, memungkinkan para penjudi untuk mendapatkan uang sebanyak 2000 kali lipat atau Rp100.000 jika mereka menang bermain gim poker melawan komputer.

Namun, "pada kenyataannya para penjudi itu hanya dipecundangi mesin bersifat komputer yang memang tidak akan bisa dikalahkan," tulis Sinar Harapan. Wali Kota Cirebon Moch Dasawarsa seakan tutup mata dan mengizinkan pengusaha memberi hadiah kepada pemain yang menang berupa barang kecil, seperti rokok atau geretan yang nilainya tak lebih dari Rp5.000.

Sebaliknya, meski pemerintah giat menertibkan judi gim video, namun permainan lain berunsur judi, yakni porkas, yang dilegalkan pada 1985, seakan-akan diberikan pengampunan. Menurut Sinar Harapan dalam buku Rekaman Peristiwa 87 (1987), porkas berbentuk usaha pengumpulan dana dari para pecandu sepak bola.

Pemainnya harus membeli kupon yang diundi setiap Minggu malam. Pemerintah berdalih, porkas berbeda dengan judi karena tak ada tebakan angka, tetapi menebak menang-seri-kalah. Hingga 1989, permainan ketangkasan, termasuk dingdong, yang hanya bisa dioperasikan dengan uang logam, masih dipandang sebagai judi.

"Mereka suatu permainan yang khusus mempertaruhkan uang dan dibayar uang adalah judi," ujar Menteri Dalam Negeri Rudini di Kompas, 27 Juni 1989. Kompas, 17 April 1989 turut pula menyamakan dingdong sebagai judi, dengan memberi judul "Judi Dingdong Mengganggu Kegiatan Belajar Anak-anak" dalam artikel tentang keluhan orang tua terhadap tempat gim video itu di Tangerang.

Akan tetapi, menurut dosen Desain Komunikasi Visual President University sekaligus pemerhati budaya gim, Iskandar Zulkarnain, terkadang surat kabar salah kaprah dengan menyebut segala mesin yang dioperasikan dengan uang logam itu gim arkade atau dingdong. "Kalau di Amerika Serikat, arcade awalnya memang mesin-mesin ketangkasan, kayak pinball dan foosball. Dan pinball machine pernah juga dilarang di beberapa negara bagian Amerika Serikat karena dianggap judi," ujar pria yang memperoleh gelar doktor bidang visual and cultural studies dari University of Rochester itu.

Baru pas akhir tahun 1970-an, ketika game Pong, Space Invades, dan Asteroids populer, arcade jadi identik dengan video game. Seiring waktu karena dituding jadi problem bagi anak-anak sekolah dan media judi, membuat dingdong dapat stigma negatif di masyarakat.

Kini, istilah dingdong makin bias sebagai penyebutan mesin judi slot dan jenis judi online, yang belakangan diberantas pihak berwajib.

Leave a comment