Selama beberapa tahun, rumor tentang saldo untung antara Belanda dan Hindia terus beredar. Namun, setelah masa tersebut tidak ada lagi rumor tentang saldo untung, sisa saldo itu masih tetap ada hingga tahun 1912. Secara tidak langsung, sistem budi daya dan perdagangan di Hindia tetap penting bagi kemakmuran Belanda.
Een Ereschuld
Pada awalnya, liberalisasi tampak menguntungkan penduduk Jawa, namun pengaturan atas modal yang terbatas untuk mewujudkan investasi memastikan bahwa hal itu menjadikannya tidak dapat bersaing di Eropa. Conrad Theodore van Deventer memperjuangkannya pada tahun 1899 dalam artikel Een ereschuld di majalah De Gids untuk membayarkan kembali saldo untung sebesar 187.000.000 gulden kepada Hindia sejak diberlakukannya UU Transaksi Hindia pada tahun 1867. Meskipun tampaknya besar, hal itu tampaknya tak pernah terjadi. Oleh Menteri Idenburg, utang Hindia sebesar 40.000.000 gulden diambil alih pada tahun 1905. Selama masa itulah, politik etis dimulai, yang tujuannya adalah membentuk penduduk negeri jajahan sedemikian rupa sehingga dapat mandiri secara politik dan ekonomi. Namun, di sini juga, kepentingan pribadi memainkan peran penting untuk Belanda.
Literatur
Blok DP (red) et al. 1977-1983. Algemene Geschiedenis der Nederlanden. Haarlem: Fibula-Van Dishoeck.
De Jong J. 1989. Van batig slot naar ereschuld: de discussie over de financiële verhouding tussen Nederland en Indië en de hervorming van de Nederlandse koloniale politiek 1860-1900. Den Haag: SDU.
Konten ini disalin dari Wikipedia, mohon digunakan dengan bijak.
(Note: Artikel di atas adalah kopian dari Wikipedia dan telah diperbaiki untuk kepentingan tulisan dalam bahasa Indonesia.)