Teori domino adalah konsep yang menegaskan bahwa jika sebuah negara atau wilayah mengalami perubahan politik atau kekuasaan, maka efeknya akan tersebar ke negara-negara lain di sekitarnya. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Dwight D. Eisenhower, Presiden Amerika Serikat, pada tahun 1950-an.
Pada awal era Perang Dingin, teori domino digunakan sebagai alasan untuk mengintervensi dalam urusan internal negara lainnya. Pemerintah Amerika Serikat berpikir bahwa jika komunisme mencapai sebuah negara, maka efeknya akan menyebar ke negara-negara lain di sekitarnya, sehingga membentuk "roti lapis merah" yang dapat menggencet Amerika Latin.
Selain itu, teori ini dapat didorong lebih jauh setelah meningkatnya jumlah serangan oleh kelompok teroris sayap kiri di Eropa Barat yang didanai oleh pemerintah negara-negara komunis antara tahun 1960-an dan 1980-an. Di Italia, serangan tersebut meliputi penculikan dan pembunuhan mantan Perdana Menteri Italia Aldo Moro dan penculikan mantan Brigadir Jenderal A.S. James L. Dozier oleh Brigade Merah.
Di Jerman Barat, serangan teroris dilancarkan oleh Faksi Pasukan Merah. Di Timur Jauh, Pasukan Merah Jepang melancarkan serangan serupa.
Dalam wawancara Frost/Nixon tahun 1977, Richard Nixon mempertahankan destabilisasi rezim Salvador Allende di Chili oleh Amerika Serikat dengan alasan teori domino. Meminjam metafora yang ia dengar, ia menyatakan bahwa Chili dan Kuba yang komunis akan menciptakan "roti lapis merah" yang dapat menggencet Amerika Latin.
Pada 1980-an, teori domino digunakan untuk membenarkan intervensi pemerintahan Reagan di Amerika Tengah dan kawasan Karibia.
Dalam memoarnya, mantan Perdana Menteri Rhodesia Ian Smith menyebut kebangkitan pemerintahan sayap kiri otoriter di Afrika Sub-Sahara pada era dekolonisasi sebagai "taktik domino kaum komunis". Menurut Smith, pembentukan pemerintahan pro-komunis di Tanzania (1961–64) dan Zambia (1964) dan pemerintahan Marxis–Leninis di Angola (1975), Mozambik (1975), dan Rhodesia (1980)[9] merupakan bukti "penggerogotan diam-diam imperialisme Soviet di benua ini."[10]
Penerapan lain
Kartun politik Carlos Latuff yang menyamakan teori domino dengan Musim Semi Arab.
Sejumlah analis kebijakan luar negeri di Amerika Serikat menyebut penyebaran teokrasi Islam dan demokrasi liberal di Timur Tengah sebagai dua kemungkinan adanya teori domino. Pada masa Perang Iran–Irak, Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya mendukung Irak karena khawatir teokrasi radikal Iran akan menyebar di Timur Tengah. Semasa invasi Irak 2003, sejumlah pihak neokonservatif Amerika berpendapat bahwa apabila pemerintahan demokratis dibentuk di Irak, demokrasi dan liberalisme akan menyebar di Timur Tengah. Hal tersebut dijuluki sebagai "teori domino terbalik"[11] karena efeknya dianggap positif oleh Barat, bukan negatif.
Lihat pula
Perang Dingin
Kontainmen
Ekspor revolusi
Gelombang revolusi
Doktrin Truman
Revolusi dunia
Efek domino
Induksi matematika
Lembah licin
Efek bola salju
Referensi