Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata pengeluaran per kapita per bulan yang berada di bawah garis kemiskinan adalah sekitar 2,49 juta rupiah per rumah tangga miskin per bulan. Hal ini berlaku untuk periode Maret 2024, dengan komposisi garis kemiskinan makanan sebesar 74,68 persen dan garis kemiskinan bukan makanan 25,32 persen.
Garis kemiskinan terdiri dari dua komponen, yakni garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan bukan makanan. Pada periode Maret 2024, garis kemiskinan makanan mencapai 74,68 persen, sementara garis kemiskinan bukan makanan sebesar 25,32 persen.
Pada komoditas makanan, beras masih menjadi komoditas dengan pengaruh paling dominan di wilayah perkotaan dan perdesaan. Bera berpengaruh sebesar 22,91 persen di wilayah perkotaan dan 27,75 persen di wilayah perdesaan. Diikuti oleh rokok kretek filter yang berpengaruh sebesar 14,25 persen (perkotaan) dan 13,13 persen di wilayah perdesaan.
Sementara pada komoditas bukan makanan, bahan bangunan, bensin, dan listrik menjadi tiga komoditas paling berpengaruh baik di wilayah perkotaan maupun perdesaan. Kenaikan harga beras yang cukup tinggi sempat terjadi beberapa waktu lalu, yang dapat mempengaruhi kesejahteraan para petani.
Selain indikator persentase kemiskinan, BPS juga menghitung indeks kedalaman dan indeks keparahan kemiskinan. Keduanya dihitung untuk lebih mudah dalam memberikan gambaran terkini tentang kondisi kemiskinan.
Indeks kedalaman kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran setiap penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Sedangkan indeks keparahan kemiskinan memberikan gambaran tentang penyebaran tingkat pengeluaran diantara penduduk miskin.
Pada periode Maret 2024, kedua indikator tersebut juga mengalami penurunan. Wilayah perdesaan masih menjadi tempat dengan tingkat keparahan dan kedalaman kemiskinan yang cukup tinggi dibandingkan perkotaan. Jumlah dan persentase penduduk miskin di wilayah perdesaan juga tergolong jauh lebih tinggi meski terjadi pengurangan yang cukup signifikan dibandingkan wilayah perkotaan pada periode Maret ini.
Penurunan tingkat kemiskinan pada periode Maret ini menjadi hal yang cukup baik. Namun, pemerintah masih harus tetap waspada terkait nilai tukar Dolar Amerika yang masih terus bergejolak. Jika tidak diredam, ini bisa merembet pada kenaikan harga-harga komoditas seperti bahan bakar minyak dan listrik.
Pengendalian harga komoditas pokok tetap diperlukan sembari menciptakan peluang kerja dan sumber pertumbuhan ekonomi terbarukan. Peningkatan pendapatan masyarakat juga menjadi hal utama. Ini bisa terjadi dengan berbagai factor, diantaranya peningkatan kualitas tenaga kerja dengan iklim investasi, serta kondisi stabilitas keamanan yang terkendali.
Dalam situasi seperti ini, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk bekerja sama dalam menciptakan program-program pembangunan yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi kemiskinan. Dengan demikian, kita dapat mencapai tujuan menuju kemakmuran yang lebih baik di masa depan.