Jakarta – Bila mengingat di era awal kemunculannya, Govinda (saat itu masih Domino) mulai dikenal lewat lagu 'Siapa yang Pantas'. Ternyata lagu yang ditulis Ade itu merupakan lagu yang dibuat secara tidak sengaja. Dalam sesi wawancara dengan detikHOT, para personel Govinda mengaku lagu itu sebenarnya ditulis Ade sebagai ledekan untuk Jeje.
Sebab saat itu Jeje tengah bimbang memilih antara dua perempuan yang tengah dekat dengannya. Kala itu, drummer Govinda itu sedang menempuh pendidikan di Bandung, sedangkan ia dihadapkan oleh dua pilihan yang tinggal di Jakarta dan Yogyakarta.
"Itu cerita seorang sahabat, Jeje. Kita bikin berdua sebenarnya, biasalah cowok-cowok. Jadi Jeje kaya sok kegantengan gitu. Jadi dia lagi deket sama dua cewek. Terus di tanya, 'Gimana ya, bray?'", kenang Ade.
Secara spontan lagu itu akhirnya tercipta sesaat setelah Ade mendengarkan curahan hati Jeje. Ade pun mengatakan bahwa lagu itu awalnya ia buat hanya untuk bercanda dengan Jeje.
"Aku terus kaya tiba-tiba terpikir, lirik awalnya 'Yang mana yang pantas'. Sebenarnya liriknya yang real, yang mana yang pantas. Jadi sebenernya itu dari bercandaan sih", cerita Ade lagi.
Lirik lagu 'Siapa yang Pantas' terdiri atas:
"Aku terperangkap di antara dua hatiYang mencintaiku mencintaikuKu bingung tak menentuSiapa yang benar-benarMencintaiku mencintaiku[]Mereka berlombaSaling mencuri mendapatkan hatiku[**]Siapa yang pantas yang bisa ku andalkanBukan rayuan bukan pujianYang aku butuhkan cinta apa adanyaAku pilih diaTuhan tolong akuSiapa yang benar-benarAku cintai hidup dan matiBeri petunjuk-MuBiar aku tak kan salahPilih yang tepat tepat akuratBack to [][]Back to []Aku pilih..Aku pilih..Aku pilih dia"
Mengingat bahwa lagu 'Siapa yang Pantas' diciptakan dengan spontanitas, maka tidak heran jika liriknya terlihat seperti cerita kegalauan Jeje. Namun, itulah bagian dari kisah Govinda yang masih banyak memiliki cerita menarik lainnya.
Simak juga Podcast Main Stage edisi Govinda yang akan tayang Sabtu ini di Spotify!
Note: The lyrics of the song "Siapa Yang Pantas" are written in a poetic style, which may not be easily understood by non-Indonesian speakers.