Teori domino, yang pertama kali dikemukakan oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (DOS) pada tahun 1950-an, adalah teori bahwa jatuhnya satu negara akan menghasilkan efek domino yang menyebar ke negara-negara lain. Teori ini awalnya digunakan untuk membenarkan campur tangan Amerika Serikat dalam perang Vietnam, yaitu agar komunis Tiongkok tidak menyebar ke Asia lainnya.
Menurut teori ini, jika Amerika Serikat tidak ikut campur dalam perang Vietnam, maka komunis Tiongkok akan menguasai seluruh Asia dan berpotensi menciptakan "roti lapis merah" (red sandwich) yang dapat mengganggu stabilitas di wilayah tersebut. Teori ini kemudian digunakan untuk membenarkan campur tangan Amerika Serikat lainnya, seperti dalam krisis Chile tahun 1973.
Namun, teori domino juga digunakan oleh pihak lain untuk justifikasi kebijakan mereka sendiri. Contohnya, pada masa Perang Iran-Iraq, Amerika Serikat mendukung Irak karena khawatir bahwa teokrasi radikal Iran akan menyebar di Timur Tengah. Sedangkan sejumlah pihak neokonservatif Amerika berpendapat bahwa apabila pemerintahan demokratis dibentuk di Iraq, demokrasi dan liberalisme akan menyebar di Timur Tengah.
Dalam kenyataannya, teori domino seringkali digunakan sebagai alasan untuk membenarkan campur tangan Amerika Serikat dalam urusan internal negara-negara lain. Teori ini juga digunakan oleh pemerintahan lain untuk justifikasi kebijakan mereka sendiri. Contohnya, Pemerintahan Rhodesia Ian Smith menyebut kebangkitan pemerintahan sayap kiri autoritarian di Afrika Sub-Sahara sebagai "taktik domino kaum komunis" yang dikemukakan oleh kaum komunis.
Sejumlah pakar analisis dasar luar negeri Amerika Serikat juga mempertahankan teori domino, yaitu bahwa penyebaran teokrasi Islam dan demokrasi liberal di Timur Tengah sebagai dua kemungkinan adanya teori domino. Namun, teori ini juga dikritik oleh sejumlah ahli karena seringkali digunakan sebagai alasan untuk membenarkan campur tangan Amerika Serikat yang berlebihan.
Dalam wawancara terkenal diadakan David Frost terhadap Nixon tahun 1977, Nixon mempertahankan perintahnya kepada para askar Amerika Syarikat meruntuhkan rejim Salvador Allende di Chile dengan alasan teori domino. Nixomn meminjam metafora yang permah didengarinya menyatakan bahawa Chile dan Cuba yang komunis akan menciptakan "roti lapis merah" (red sandwich) yang dapat menggencet Amerika Latin.
Pada 1980-an, teori ini turut digunakan untuk membenarkan campur tangan pemerintahan Reagan di Amerika Tengah dan kawasan Caribbean. Dalam memoirnya, mantan Perdana Menteri Rhodesia Ian Smith menyebut kebangkitan pemerintahan sayap kiri autoritarian di Afrika Sub-Sahara pada era dekolonisasi sebagai "taktik domino kaum komunis".
Menurut Smith, pembentukan pemerintahan pro-komunis di Tanzania (1961-64) dan Zambia (1964) dan pemerintahan Marxis-Leninis di Angola (1975), Mozambique (1975), dan Rhodesia (1980) merupakan bukti "penggerogotan diam-diam imperialisme Soviet di benua ini."
Namun, teori domino juga dikritik karena seringkali digunakan sebagai alasan untuk membenarkan campur tangan Amerika Serikat yang berlebihan dan tidak melihat bahwa setiap negara memiliki haknya sendiri dalam menentukan nasibnya.