Transformasi Teknologi Pendidikan: Keniscayaan untuk Membangun Pendidikan di Indonesia

Transformasi Teknologi Pendidikan: Keniscayaan untuk Membangun Pendidikan di Indonesia

Dalam beberapa tahun terakhir, transformasi teknologi pendidikan telah menjadi keniscayaan dalam upaya memajukan pendidikan di Indonesia. Dengan melibatkan lebih dari 724.000 mahasiswa dan melalui program Kampus Merdeka, transformasi teknologi pendidikan telah membawa efek domino positif bagi dunia pendidikan tanah air.

Pertama, platform cerdas Merdeka Belajar menjadi ajang 'provokasi' bagi para guru dan penggiat pendidikan lainnya untuk berlomba-lomba mengunggah dan memublikasikan karya kreatif mereka. Ibarat market place, platform ini telah menjadi ajang promosi berbagai gagasan dan produk para guru dalam memajukan pendidikan di Indonesia.

Kedua, transformasi teknologi pendidikan berhasil menciptakan kebiasaan positif bagi dunia pendidikan. Penggiat pendidikan dan juga peserta didik sebagai bagian penting proses pembelajaran 'dipaksa' untuk lebih mengakrabi teknologi sekaligus mampu mengaplikasikannya dengan baik dalam berbagai ragam aktivitas pendidikan.

Ketiga, transformasi teknologi pendidikan melalui Rapor Pendidikan mampu memberikan potret obyektif kondisi sekolah/madrasah yang tersebar di seantero negeri. Ini merupakan modal dan faktor penting bagi pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan untuk melakukan refleksi, evaluasi, pemantauan, dan revitalisasi lembaga pendidikan masing-masing.

Keempat, transformasi teknologi pendidikan juga mampu menghadirkan semangat kompetisi yang sehat dan terbuka di dunia pendidikan, baik di kalangan sekolah/madrasah, maupun perguruan tinggi. Lembaga pendidikan secara tidak sadar dibawa ke ranah kompetisi yang positif sekaligus menjadi seleksi alam bagi lembaga pendidikan tersebut apakah dapat bertahan (survive) atau tidak di era disruptif ini.

Kelima, transformasi teknologi pendidikan secara langsung maupun tidak langsung telah memaksa kepala sekolah/madrasah dan guru untuk dapat memahami dengan baik indikator-indikator sukses Asesmen Nasional. Hal ini penting, mengingat kepala sekolah/madrasah dan guru merupakan ujung tombak dalam pencapaian visi dan misi pendidikan.

Akhirnya, transformasi teknologi pendidikan menjadi keniscayaan dalam ikhtiar memajukan pendidikan di Indonesia. Dalam upaya ini, Kemendikbudristek sebagai conductor perubahan tidak dapat berjalan sendirian, tapi harus mendapat dukungan dari seluruh pemangku kepentingan pendidikan, terutama para kepala sekolah/madrasah dan guru sebagai front liner implementasi visi dan misi pendidikan.

Penulis optimis, dengan kebersamaan semua pihak, proses transformasi akan terus membawa dampak positif yang lebih luas dan mengantarkan pendidikan tanah air ke level yang lebih baik lagi di masa depan. Semoga.