Dominos telah menjadi brand pizza yang sangat inovatif dan interaktif dalam beberapa tahun terakhir. Dengan memahami tren sosial masa kini, Dominos menawarkan kemudahan bagi konsumen dengan menggunakan emoji untuk memesan pizza.
Dalam tahun 2015, Dominos mengumumkan bahwa mereka dapat diorder dengan hanya tweet-ing emoji pizza. Hal ini menciptakan kesadaran brand yang luas dan memperkuat reputasi Dominos sebagai brand yang fokus pada generasi muda.
Kampanye 'Night In' untuk Fashion Week
Dominos tidaklah nama pertama yang terpikir dalam konteks London Fashion Week, namun mereka tidak tinggal diam. Mereka bekerja sama dengan desainer Liam Hodges untuk mengembangkan koleksi busana tiga-pcs.
Koleksi ini berbasis pada konsep 'JOMO' (joy of missing out), yaitu kesenangan dalam tidak pergi dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Koleksi tersebut terdiri atas beberapa baju yang membuat orang merasa nyaman di rumah, seperti 'The Gaming Bag', 'The Boxset Blanket', dan 'The Controller Coat'.
Kampanye ini mendapatkan minat pada media sosial, didukung oleh unsur kompetisi, yang memungkinkan pengguna untuk menangkan salah satu desain terpilih.
Robot Pizza Otonom
Dominos telah berkomitmen untuk menawarkan pengiriman cepat dan teknologi inovatif. Mereka memiliki alat "Pizza Tracker" yang memungkinkan konsumen untuk mengikuti pesanan mereka setiap langkahnya.
Namun, Dominos ingin berbeda dengan kompetitor-kompetitornya dengan investasi lebih lanjut pada teknologi ini. Salah satu contoh yang paling menonjol adalah robot pizza otonom.
Beberapa tahun lalu, Dominos bekerja sama dengan Starship Technologies untuk mengembangkan beberapa robot yang dapat mengirimkan pizza dalam radius satu mil di kota-kota Jerman dan Belanda tertentu. Mereka juga meluncurkan inisiatif serupa di Australia, di mana DRU (Domino's Robotic Unit) menavigasi ke rumah konsumen menggunakan kamera dan sensor onboard.
Sayangnya, belum ada informasi apakah Dominos akan meluncurkan teknologi ini pada kota-kota UK.
Staying at Home with Jimmy Bullard
Acara olahraga besar seringkali digunakan sebagai bahan pemasaran, terutama untuk brand seperti Dominos yang fokus pada aspek sosial dalam menonton acara-acara besar.
Pada tahun 2018, Dominos meluncurkan kampanye "Staying at home with Jimmy Bullard", berbasis pada fakta bahwa mantan pemain sepak bola Jimmy Bullard tidak pernah menjadi bagian tim England, sehingga ia dapat dianggap sebagai ahli dalam menonton acara-acara besar dari rumah.
Kampanye ini melibatkan beberapa film yang menampilkan elemen-elemen waktu Jimmy di rumah selama turnamen, seperti belajar bahasa Rusia dan menunjukkan koleksi trofi. Kampanye ini bekerja sama dengan SportBible, yang juga membagikan konten pada akun media sosialnya.
Kampanye ini menampilkan humor Dominos yang baik, menggunakan topik yang sangat dibahas selama turnamen untuk mendapatkan sambutan luas.
Dom the Pizza Bot
Banyak brand telah mengintegrasikan chatbot ke strategi pemasaran mereka. Namun, Dom the Pizza Bot adalah salah satu contoh yang paling saya sukai dalam beberapa tahun terakhir.
Bot ini memiliki tone suara yang ceria dan cheeky, serta dapat menanggapi pengguna dengan jawaban-jawaban humoris. Sementara bot ini tidak memberikan nilai tambah jangka panjang, namun masih dapat menyediakan hiburan bagi konsumen setia Dominos – mungkin sebagai tanda inovasi lebih lanjut dalam pengiriman pizza.
Lost for Words
Pada tahun 2016, Dominos kembali mengumpulkan tren digital, kali ini dengan memuji kegemaran kita terhadap face-swapping pada Snapchat.
Mulai dari riset sosial untuk menentukan emosi yang dirasakan ketika makan pizza, hasil GIFs, snaps dan emojis kemudian diintegrasikan ke dalam kampanye iklan, menunjukkan bahwa Dominos membuat kita "lost for words".
Kampanye ini mendapatkan sambutan luas pada media sosial, serta memperkuat reputasi Dominos sebagai brand yang inovatif dan interaktif.