=====================================================
Pada era Cold War, Amerika Serikat menggunakan teori dominonya sebagai alasan untuk campur tangan dalam Perang Vietnam. Teori ini menyatakan bahwa jika sebuah negara jatuh ke dalam komunisme, maka negara-negara lain di sekitarnya juga akan mengalami pemberontakan komunis. Dalam konteks Asia Tenggara, teori dominonya digunakan untuk justifikasi Amerika Serikat ikut campur tangan dalam perang Vietnam dan mendukung diktator non-komunis di Selatan Vietnam.
Pada awal tahun 1945, pemimpin nasionalisme Vietnam Ho Chi Minh memproklamirkan kemerdekaan Vietnam dari Prancis, memulai konflik yang melibatkan pemerintahan komunis Viet Minh di Hanoi (Utara Vietnam) melawan pemerintahan Prancis-backed di Saigon (Selatan Vietnam). Bawah pimpinan Presiden Harry Truman, pemerintah Amerika Serikat memberikan bantuan militer dan keuangan rahasia kepada Prancis; alasan ini adalah karena jika komunisme jatuh di Indochina, maka akan menyebabkan penyebaran komunisme di seluruh Asia Tenggara.
Apa Itu Teori Dominonya?
Pada tahun 1950, pejabat pemerintahan Amerika Serikat telah sepakat bahwa jatuhnya Indochina ke dalam komunisme akan menyebabkan cepat runtuhnya negara-negara lain di Asia Tenggara. Dewan Keamanan Nasional mencantumkan teori ini dalam laporan tahun 1952 tentang Indochina, dan pada bulan April 1954, selama pertempuran memutuskan antara Viet Minh dan pasukan Prancis di Dien Bien Phu, Presiden Dwight D. Eisenhower mengartikulasi prinsip "prinsip dominonya" sebagai berikut: " Anda memiliki barisan domino, Anda menumbangkan yang pertama, dan apa yang akan terjadi pada yang terakhir adalah pasti bahwa ia akan jatuh sangat cepat."
Pengaruh Teori Dominonya
Setelah Eisenhower's speech, frase "teori dominonya" mulai digunakan sebagai ungkapan pendek strategis pentingnya Selatan Vietnam untuk Amerika Serikat dan perlu mengandung penyebaran komunisme di seluruh dunia. Setelah Konferensi Genewa berakhir dengan perang Prancis-Viet Minh dan membagi Vietnam menjadi dua bagian, Amerika Serikat mengorganisasikan Organisasi Sekutu Asia Tenggara (SEATO), sebuah aliansi yang kurang kuat yang komitmen untuk bertindak melawan "ancaman keamanan" di wilayah.
Presiden John F. Kennedy, pengganti Eisenhower di White House, akan meningkatkan keterkaitan sumber daya Amerika Serikat dalam mendukung pemerintahan Ngo Dinh Diem di Selatan Vietnam dan pasukan non-komunis yang bertempur dalam perang sipil di Laos pada tahun 1961-62. Pada tahun 1963, setelah berdiri keras lawan Diem sendiri, Kennedy mundur dari dukungan Diem tapi mempublikasi ulang keyakinannya terhadap teori dominonya dan pentingnya mengandung komunisme di Asia Tenggara.
Tidak ada Negara Domino
Teori dominonya kini besar-besaran tidak lagi dipercaya, karena gagal mempertimbangkan sifat perjuangan Viet Minh dan Viet Cong dalam Perang Vietnam. Dengan asumsi Ho Chi Minh sebagai boneka komunisme Soviet Union dan China, pejabat pemerintahan Amerika Serikat gagal melihat bahwa tujuan sebenarnya dari Ho dan pendukungnya adalah kemerdekaan Vietnam, bukan penyebaran komunisme.
Pada akhirnya, walaupun usaha Amerika Serikat untuk menghalau jatuhan komunis gagal, dan pasukan North Vietnamese masuk ke Saigon pada tahun 1975, komunisme tidak menyebar di seluruh Asia Tenggara. Dengan pengecualian Laos dan Vietnam Selatan, negara-negara lain di Asia Tenggara tetap stabil.
Referensi
- Teori Dominonya. ScienceDirect.
- Foreign Relations of the United States, 1952–1954, Indochina, Volume XIII, Part 1: Editorial Note. U.S. Department of State, Office of the Historian.
- World War II, Race, and the Southeast Asian Origins of the Domino Theory. Wilson Center.
Saya harap konten ini dapat memberikan informasi yang berguna dan membantu memahami sejarah Perang Vietnam lebih dalam.