Berhasil Menggarap Peluang Bisnis dari Abon ke Bawang Goreng

Berhasil Menggarap Peluang Bisnis dari Abon ke Bawang Goreng

Dalam berbagai lini bisnis, tidak ada yang tidak pernah gagal. Tapi, bagi Sri Astuti, sebuah wanita berusia 61 tahun, gagal adalah kesempatan untuk belajar dan berkelanjutan. Ia mulai dari membuka katering pada 1984 hingga akhirnya berkreasi membuat abon pada 1997.

"Dulu waktu pertama, untuk abon sapi sekali produksi hanya 4 kilogram (kg), sekarang sudah 50 kg, diproduksi dua kali seminggu jadi 100 kg," terang Sri kepada Liputan6 seperti ditulis pada Kamis (12/3/2015). Selain sapi, Sri juga mengembangkan usaha dengan memproduksi abon lele dan ayam.

Dari abon, Wanita berusia 61 tahun ini melihat peluang lain yaitu bawang goreng dengan bahan baku bawang batu, yang merupakan bawang khas Palu. Bawang ini berkembang sangat baik di Lembah Palu yang berada di antara Kota Palu dan Kabupaten Sigi.

"Kelebihan bawang ini kadar airnya rendah sehingga sangat renyah jika digoreng," terang dia. Setiap hari sekitar 300 kg bawang batu diolah jadi 100 kg bawang goreng tanpa bahan pengawet. Sri mendapatkan pasokan bawang tersebut dari para petani di lembah Palu.

'"Sekitar 30 kg sampai 50 kg bawang goreng laku terjual dalam sehari," ungkapnya tanpa mau menyebutkan omzet yang dikantonginya. Usaha Sri terus berkembang. Saat ini, ia telah mempekerjakan 30 orang. Itu untuk bisnis bawang goreng saja, tak termasuk pekerjaannya untuk bisnis abon.

Berkat kerja kerasnya membantu mengembangkan ekonomi sekitar, Sri Astuti pernah mendapat penghargaan untuk kategori UKM dari mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 8 Desember 2005. Dia juga kerap kali mengikuti pameran baik di dalam maupun luar negeri seperti di Singapura, Malaysia hingga Perancis.

Pernah Ditipu

Perjalanan bisnis Sri tentu tak selalu mulus. Wanita berjiblab ini mengaku pernah ditipu ratusan juta rupiah hingga membuat usahanya terpuruk pada 2005.

"Ada yang pernah menawarkan produk saya dijual di salah satu departemen store di Jakarta. Saya sudah bayar Rp 125 juta tapi orangnya tak pernah muncul-muncul dan uang itu tak kembali," katanya. Sempat terpukul, namun Sri tak mau berlama-lama berlarut-larut dalam kekecewaan.

Berkat kegigihannya, Ibu empat anak ini sanggup bangkit. Bahkan bawang yang diproduksinya sudah dijual hingga ke Belanda, Australia dan Amerika Serikat. Tak kalah, abon ikan buatan tangannya juga sudah merambah ke Negeri Kanguru dan  Negeri Pam Sam.

Kini Sri telah menikmati hasil kerja kerasnya. Anak-anaknya telah menyelesaikan kuliah berkat usaha bawang goreng khas Palu tersebut. Sri pun hingga kini masih aktif mengelola bisnis bawang goreng Sri Rejeki.

"Jika ingin membangun bisnis harus pintah membaca peluang dan harus berani. Untuk anak muda, jangan hanya bercita-cita jadi PNS, lebih bagus buka usaha sendiri," pesan Sri.

Fakta atau Hoaks?

Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.