=====================================================
Dalam hidup ini, kita dihadapkan dengan berbagai macam kemudahan dan kesulitan. Salah satu hal yang paling umum dialami adalah mencari rezeki (harta) untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun, dalam mencari rezeki ini, tidak jarang kita lalai dan meninggalkan jalan yang sebenarnya. Kita terkadang berpikir bahwa dengan cara yang haram, kita dapat lebih cepat mendapatkan rezeki yang kita inginkan.
Tetapi, apakah itu benar? Apakah Allah hanya melihat pada hasil, ataukah Dia juga memperhatikan cara kita mencari rezeki?
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda,
إِنَّ رُوْحَ القُدُسِ نَفَثَ فِي رَوْعِي إِنَّ نَفْسًا لاَ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا ، فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ ، وَلاَ يَحْمِلَنَّكُمْ اِسْتَبْطَاءَ الرِّزْقُ أَنْ تَطْلُبُوْهُ بِمَعَاصِي اللهَ ؛ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُدْرِكُ مَا عِنْدَهُ إِلاَّ بِطَاعَتِهِ
"Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya." (HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8: 129 dan Thabrani dalam Al-Mu'jam Al-Kabir 8: 166, hadits shahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah no. 2866).
Dalam hadits ini, Allah memperingatkan kita bahwa rezeki yang halal tidak akan diperoleh kecuali dengan cara yang sebenarnya, yaitu dengan taat kepada-Nya. Jangan sampai kita berpikir bahwa dengan cara yang haram, kita dapat lebih cepat mendapatkan rezeki.
Namun, mengapa orang-orang tidak sabar dan mencari rezeki dengan cara yang haram? Karena mereka tidak sabar dalam menunggu rezeki yang halal datang. Mereka terkadang berpikir bahwa waktu adalah uang, sehingga mereka mencoba untuk mendapatkan rezeki secepat-cepatnya, tanpa peduli pada akibatnya.
Tetapi, Allah telah menjanjikan bahwa Dia akan memberikan rezeki yang halal kepada siapa saja yang bersabar dan mengucapkan syukur atas apa yang telah diterimanya. Namun, Dia juga menginginkan kita untuk berpikir sebelum melakukan suatu tindakan.
Seorang mukmin dan seorang fajir (yang gemar maksiat) sudah ditetapkan rezeki baginya dari yang halal. Jika ia mau bersabar hingga rezeki itu diberi, niscaya Allah akan memberinya. Namun jika ia tidak sabar lantas ia tempuh cara yang haram, niscaya Allah akan mengurangi jatah rezeki halal untuknya." (Hilyah Al-Auliya', 1: 326)
Dalam kehidupan ini, kita harus lebih berpikir dan bersabar dalam mencari rezeki. Jangan sampai kita berucap, "Rezeki yang halal, mengapa sulit sekali untuk datang?" Namun, Allah telah menjanjikan bahwa Dia akan memberikan rezeki yang halal kepada siapa saja yang bersabar dan mengucapkan syukur atas apa yang telah diterimanya.
Mereka berkata, "Rezeki yang halal tidak sulit didapatkan." Mereka juga berkata, "Allah mencari orang-orang yang sabar dan mengucapkan syukur atas apa yang telah diterimanya."
Oleh karena itu, mari kita berpikir sebelum melakukan suatu tindakan. Mari kita bersabar dan mengucapkan syukur atas apa yang telah diterimanya. Karena Allah mencari orang-orang yang sabar dan mengucapkan syukur atas apa yang telah diterimanya.
Kesimpulan
Dalam hidup ini, kita dihadapkan dengan berbagai macam kemudahan dan kesulitan. Namun, dalam mencari rezeki, kita harus lebih berpikir dan bersabar. Jangan sampai kita berucap, "Rezeki yang halal, mengapa sulit sekali untuk datang?" Allah telah menjanjikan bahwa Dia akan memberikan rezeki yang halal kepada siapa saja yang bersabar dan mengucapkan syukur atas apa yang telah diterimanya. Oleh karena itu, mari kita berpikir sebelum melakukan suatu tindakan. Mari kita bersabar dan mengucapkan syukur atas apa yang telah diterimanya. Karena Allah mencari orang-orang yang sabar dan mengucapkan syukur atas apa yang telah diterimanya.
Referensi
- HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8: 129
- Thabrani dalam Al-Mu'jam Al-Kabir 8: 166
- Hilyah Al-Auliya', 1: 326