Bakpia Balong, Kuliner Tiongkok yang Jadi Oleh-oleh Khas Solo

Bakpia Balong, Kuliner Tiongkok yang Jadi Oleh-oleh Khas Solo

================================================================

Kota Solo, kota bersejarah dan penuh budaya, memiliki banyak kekayaan kuliner yang sayang dijumpai. Salah satu makanan khasnya adalah Bakpia Balong, 'Sumber Rejeki' yang menjadi oleh-oleh khas peranakan Tionghoa-Jawa.

Bakpia Balong, 'Sumber Rejeki', adalah makanan khas peranakan Tionghoa-Jawa yang sudah cukup melegenda di Kota Solo. Makanan ini sebenarnya berasal dari Fujian, salah satu daerah di Tiongkok berupa kue yang terdiri dari gulungan kulit panggang dengan varian isi. Kulit bakpia sendiri dibuat dari campuran tepung terigu, gula, dan garam yang kemudian dibentuk menjadi adonan dan adonan tersebut kemudian diisi dengan isian dan dibentuk bulat pipih.

Aslinya, isian bakpia berisi daging babi (non halal) dan kundur yang memiliki nama lain bakpia asin. Namun karena diasimiliasi dengan budaya Indonesia yang mayoritas beragama Islam, isian bakpia ini diganti dengan varian lain, seperti kacang hijau, keju, dan varian lainnya.

Sementara itu, jika mendengar kata 'bakpia', mungkin yang terbayang di pikiran adalah Yogyakarta, namun sebenarnya Kota Bengawan juga memiliki bakpia legendaris yang sudah menjadi andalan cukup lama lo! Bakpia Balong ini bisa ditemukan di kawasan Pecinan di Kota Solo, tepatnya di Jl. Kapten Mulyadi No.17, Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Surakarta atau tidak jauh dari lokasi Pasar Gede Hardjonagoro.

Penamaan 'Balong' sendiri diambil dari kawasan Pecinan yang bernama Kampung Balong. Ukuran Asli Khas Tiongkok Dilansir dari sebuah sumber, kuliner ini sudah ada sejak 1960 dan memang dikenal dengan ukurannya yang besar. Bakpia ini sudah dikelola oleh tiga generasi dan menurut penjelasan pengelola sekarang, ukuran Bakpia Balong yang besar ini mengacu pada ukuran asli dari negara asalnya, yaitu Tiongkok.

Pengelola pun mengetahuinya saat berkunjung ke Tiongkok. Awalnya, Bakpia Balong ini hanya tersegmentasi untuk komunitas Tionghoa saja, namun seiring berjalannya waktu, Bakpia Balong ini bisa dinikmati secara luas oleh kalangan masyarakat dan hingga sekarang menjadi oleh-oleh khas Solo.

Menghadapi Era 90an

Memasuki era 90an, kepopuleran Bakpia Balong meredup karena pemilik usaha yang merupakan generasi kedua, memilih untuk mengerjakan bisnis lainnya. Sampai akhirnya, putri dari keluarga pemilik usaha atau generasi ketiga mengambil alih dengan mengubah packaging menjadi lebih menarik dan kekinian di mana sebelumnya hanya terbungkus plastik dengan tulisan hanze yang bermakna 'kebahagiaan', sekarang sudah terbungkus kardus dengan desain menarik.

Isian Bakpia Balong

Isian Bakpia Balong pun juga dikembangkan menjadi 12 rasa, 11 di antaranya bisa dinikmati oleh umum dan satu hanya tersegmentasi karena bahannya dari non halal. 11 rasa yang bisa dikonsumsi umum di antaranya ada rasa cokelat, keju, durian, kacang merah, ayam, kacang hitam, kacang hijau, cokelat keju, keju susu, choco lava dan cappucino.

Karena dibuat dalam satu pabrik, Bakpia Balong ini tidak memiliki sertifikasi halal. Namun meskipun demikian, peminat Bakpia Balong masih tinggi, apalagi penjualannya juga masuk ke ranah online sehingga segmentasi pasarnya makin luas.

Kesimpulan

Bakpia Balong, 'Sumber Rejeki', adalah makanan khas peranakan Tionghoa-Jawa yang menjadi oleh-oleh khas Solo. Dengan varian isian dan ukuran besar, Bakpia Balong ini sudah menjadi bagian dari budaya Kota Solo dan sayang dijumpai sebagai oleh-oleh khasnya.