Kata-kata hikmat Ibnu Mas'ud yang berbunyi, "Sungguh rezeki itu tidaklah didapatkan oleh rakusnya orang yang rakus dan tidak bisa dicegah oleh tidak sukanya orang yang tidak suka" (Tarikh Madinah ad-Dimasyq 33/175), memang benar-benar sesuai dengan kenyataan hidup. Rezeki itu bagian dari takdir yang sudah ditentukan oleh Allah, sehingga kita tidak boleh mengharapkan dapat meniru rezeki orang lain.
Banyak orang berpikir bahwa jika mereka ingin mendapatkan rezeki seperti orang lain, maka mereka harus melakukan usaha sebagaimana orang lain melakui. Namun, ini adalah kesalahan besar. Rezeki itu tidaklah ditentukan oleh usaha kita, tetapi Allah-lah yang memberikan dan mencegah pemberian.
Banyak orang merasa puas karena telah menyaingi usaha orang lain, tetapi rezekinya takkan bisa mereka saingi dengan mudah. Sebab, bukan usahanya yang mendatangkan rezeki, tetapi kuasa Allah lah yang mendatangkan rezeki dengan usaha yang kita miliki saat ini.
Kamu boleh bangga meniru usaha orang lain, tetapi rezekinya tak dapat kamu tiru dengan begitu mudahnya. Sebaliknya, kamu boleh merasa puas karena telah berhasil menyaingi usaha milik orang lain, tapi ingatlah bahwa rezekinya takkan bisa kamu saingi dengan mudah.
Masing-masing hamba sudah Allah tetapkan rezekinya sesuai dengan kebutuhannya. Jadi, jangan sampai merasa iri terhadap rezeki orang lain, apalagi sampai gelap mata terburu-buru melakukan perkara yang salah dengan berfikir untuk menyaingi usaha yang orang lain geluti.
Rezeki itu tidaklah ditentukan oleh usaha kita, tetapi Allah-lah yang memberikan dan mencegah pemberian. Oleh karena itu, rakusnya orang yang rakus itu tidak akan menambah kadar rezeki. Rakus cari rezeki sehingga lupa sholat dan puasa atau malah menerjang hal-hal yang haram sedikitpun tidak akan menambah kadar rezeki yang telah Allah Ta'ala tentukan.
Yakinlah bahwa rezeki dari Allah Ta'ala tidak akan tertukar. Usaha bisa ditiru namun kadar rezeki tidak bisa ditiru. Allah-lah yang memberi dan mencegah pemberian. Adanya orang yang tidak suka kita mendapatkan rezeki tidak akan menyebabkan terhambatnya rezeki yang telah Allah Ta'ala takdirkan untuk kita.
Dalam Islam, usaha adalah bagian dari syariah, tetapi rezeki adalah bagian dari takdir. Oleh karena itu, kita tidak boleh mengharapkan dapat meniru rezeki orang lain. Kita harus berfokus pada usaha dan meningkatkan diri sendiri, bukan hanya mencari rezeki.
Jadi, jangan terpancing oleh nafsu hanya karena melihat usaha orang lain sepertinya bagus. Jika kamu membangun usaha hanya karena menuruti nafsumu semata, maka saat rezekimu tak seperti ia yang kamu tiru usahanya tentu kamu akan menyalahkan takdir dan akan marah kepada keadaanmu.
Kesimpulan dari semua ini adalah, usaha bisa ditiru namun kadar rezeki tidak bisa ditiru. Rezeki itu bagian dari takdir yang sudah ditentukan oleh Allah, sehingga kita tidak boleh mengharapkan dapat meniru rezeki orang lain. Kita harus berfokus pada usaha dan meningkatkan diri sendiri, bukan hanya mencari rezeki.