Dalam hidup, anak tuna netra memerlukan bantuan khusus untuk membantu mereka bergerak dan beraktifitas sehari-hari. Salah satu benda yang paling penting adalah tongkat, yang dapat membantu meningkatkan mobilitas mereka di luar ruangan. Namun, pertanyaan muncul tentang kapan waktu yang tepat untuk memperkenalkan penggunaan tongkat pada anak tuna netra.
Menurut urgensi kebutuhan, anak tuna netra dengan kategorinya buta total atau buta dengan persepsi cahaya sebaiknya diperkenalkan dan diajarkan bagaimana bermobilitas dengan tongkat sedini mungkin. Saat mereka mulai memasuki sekolah dasar adalah waktu yang tepat, karena dengan mulai bersekolah, anak tuna netra mulai melakukan lebih banyak kegiatan mobilitas. Jika anak tuna netra menempuh sekolah dasar di sekolah khusus, atau yang biasa disebut SLB (sekolah luar biasa), mereka akan mendapatkan mata pelajaran orientasi dan mobilitas.
Namun, bagaimana dengan anak tuna netra yang termasuk kategori berpenglihatan lemah atau low vision? Apakah mereka juga perlu belajar bermobilitas menggunakan tongkat?
Meski masih memiliki sisa penglihatan, memperkenalkan dan mengajarkan penggunaan tongkat pada anak low vision tetap dianjurkan. Hal ini dimaksudkan agar mereka memahami prinsip-prinsip orientasi dan mobilitas untuk para tuna netra, yang mungkin kelak akan diperlukannya saat ia berada dalam kondisi tertentu.
Sebagai contoh, saat penyandang low vision harus bermobilitas di tempat yang belum ia kenal dengan baik, atau harus menuruni atau menaiki tangga, dan tempat tersebut dalam kondisi pencahayaan terbatas, penggunaan tongkat dapat lebih melindungi dia dari kemungkinan mengalami cidera akibat benturan, atau ketidaktahuan jika ada anak tangga naik atau turun. Bagi penyandang low vision, penggunaan tongkat juga dapat menjadi indikator bahwa yang bersangkutan memiliki hambatan penglihatan, dengan demikian jika ia meminta atau membutuhkan bantuan, orang lain dapat mengenalinya sebagai tuna netra.
Nah, yang paling penting adalah Ayah dan Bunda juga harus memastikan pengenalan penggunaan tongkat tidak terlambat sehingga anak tuna netra menjadi malu untuk mempergunakannya. Bagi penyandang tuna netra, kemampuan bermobilitas dengan tongkat adalah simbol kemandirian di luar rumah. Bahkan, jika kita belajar dari aksessibilitas layanan publik di negara-negara yang sudah lebih maju, petugas layanan publik akan memberikan prioritas untuk melayani tuna netra, baik yang buta maupun yang low vision, hanya jika penyandang tuna netra tersebut menggunakan tongkat.
Dalam konklusi, mengajar anak tuna netra bermobilitas dengan cara yang benar adalah penting untuk membantu mereka menjadi lebih mandiri dan beraktifitas di luar ruangan. Ayah dan Bunda juga perlu memastikan pengenalan penggunaan tongkat tidak terlambat, agar anak tuna netra dapat menggunakan tongkat sebagai simbol kemandirian dan meningkatkan mobilitasnya di luar ruangan.
Baca juga:
5 benda yang perlu dipersiapkan tuna netra menjelang masuk sekolah