Amor Fati: Menerima dan Menyemai Situasi Sulit dengan Syukur

Amor Fati: Menerima dan Menyemai Situasi Sulit dengan Syukur

Dalam era pandemi, banyak karyawan yang merasa enggan untuk kembali bekerja ke kantor. Hal ini menunjukkan bahwa situasi yang dahulu dianggap keburukan ternyata bisa menjadi situasi yang baik dan menguntungkan. Masa depan adalah misteri, hal yang saat ini tidak kita syukuri bisa jadi menjadi hal yang akan menyelamatkan atau menguntungkan kita di masa depan.

Itu sebabnya Amor Fati mengajarkan kita untuk menerima sambil tetap berusaha dan memberikan yang terbaik sebisa kita. Konsep ini berasal dari filosofi Stoic, yang meminta kita untuk mencintai takdir dan menanggapinya dengan syukur.

Saya sendiri telah mengalami keputusan berhenti bekerja yang awalnya saya anggap sebagai keputusan terburuk dalam hidup. Namun, ketika pandemi melanda, saya bersyukur bisa di rumah bersama anak-anak dan menjaga kami semua dari risiko penularan yang lebih tinggi jika harus beraktivitas.

Selain itu, saya juga berkesempatan mengembangkan diri di bidang tulis-menulis, aktualisasi diri saya terpenuhi karena saya berkesempatan bergabung di berbagai komunitas. Bahkan, tidak sedikit rezeki berupa materi yang tetap saya dapatkan meski tidak bekerja penuh waktu lagi.

Ternyata, rasa syukur itu hanya butuh waktu untuk disadari. Untungnya, saya tetap melakukan yang terbaik sebisa saya dan berhenti mengutukki keadaan meski saat itu saya belum mengenal konsep Amor Fati.

Namun, hidup memang tidak selalu indah, tentu ada kondisi yang tidak bisa diubah sekeras apa pun kita berusaha. Sebagai contoh, jika kita mengalami penyakit kronis, haruskah kita mencintai penyakit tersebut sebagai praktik dari Amor Fati? Tentu saja tidak.

Mencintai penyakit dengan mencintai takdir merupakan dua hal yang berbeda. Mencintai takdir berarti kita bisa menjaga ketenangan dalam menghadapi situasi sulit dan menyedihkan. Saat kita bisa menerima, kita bisa melakukan yang terbaik sebisa kita.

Ketika saya lagi-lagi dikejutkan oleh takdir, laptop saya rusak total karena tidak sengaja terjatuh. Tahu apa yang saya lakukan? Saya menarik napas, saya akui saya sedih, lalu, saya menghibur diri dengan mencari bubur ayam kesukaan. Kemudian, saya tetap mencari cara untuk menyelesaikan tulisan ini karena saya tahu berdiam diri tidak akan membuat laptop saya kembali.

Siapa tahu, tulisan ini justru bisa menjadi pembuka rezeki di kemudian hari untuk memperbaiki atau membeli laptop baru. Siapa tahu, kan? Amor Fati, aku cinta takdirku dulu, kini, dan nanti.

Dalam Artikel ini, saya ingin menyarankan kepada Anda semua untuk mencoba praktek Amor Fati dalam hidup Anda. Mencintai takdir Anda dengan syukur, maka Anda akan lebih mampu menghadapi situasi sulit dan menyedihkan. Dan siapa tahu, tulisan ini justru bisa menjadi awal dari perjalanan Anda untuk mencoba praktek Amor Fati.

Tentang Penulis

Erlin Fadhylah atau biasa disapa Erfa adalah lulusan Sastra Indonesia dari Universitas Negeri Jakarta. Setelah sepuluh tahun berprofesi sebagai pengajar di beberapa sekolah internasional, Erfa kini berdaya di rumah saja dengan aktif menulis artikel yang diterbitkan di berbagai media cetak dan daring. Hobinya membaca buku membawa Erfa berkenalan pada dunia menulis fiksi dan mengantarkannya pada profesi pekerja lepas sebagai pengulas novel serta penyelaras aksara. Beberapa tulisannya dapat dibaca melalui tautan linktr.ee/erfa22. Ia juga dapat disapa melalui akun instagramnya @erfa22.

Leave a comment