Pada hari ini, Filipina mengumumkan rencana untuk melarang operasi judi online yang tidak sah, yang sebagian besar ditujukan kepada penggemar judi China. Industri yang dikenal sebagai POGOs (Philippine Offshore Gaming Operators) telah berkembang di negara ini, baik yang lisensinya maupun yang ilegal, dan telah menciptakan peluang kerja untuk puluhan ribu warga China dan asing.
Dalam sambutan tahunan negara pada hari Senin, Presiden Ferdinand Marcos Jr. mengumumkan penutupan total industri ini. "Mulai sekarang, semua POGOs dilarang," kata Marcos, mendapat tepuk tanggapan dari anggota legislatif ketika ia menekankan kekhawatiran yang terus meningkat di Filipina terhadap ledakan industri judi online.
"Menyamar diri sebagai entitas yang sah, operasinya telah memanjatkan area-area ilegal yang jauh dari perjudian, seperti skimming keuangan, money laundering, prostitusi, trafficking manusia, penculikan, penyiksaan brutal – bahkan pembunuhan. Penggunaan sistem hukum kita harus dihentikan," tambah Marcos.
Pembatasan ini datang ketika Marcos mengambil sikap yang keras terhadap operasi-operasi terkait China, seiring dengan permintaan diplomatik yang meningkat antara Manila dan Beijing tentang klaim mereka yang bersaing di Laut Cina Selatan.
Namun, pemerintah China tidak akan menolak keputusan ini. Judi adalah dilarang di China – dengan pengecualian Macau – dan Peking telah mengklampetkan kembali perjudian lintas batas, terutama di Asia Tenggara.
Ada lebih dari 40 operator judi online yang lisensinya dan puluhan lebih lagi yang ilegal di Filipina, menurut regulator gaming negara. Marcos telah memerintahkan agar regulator gaming menutup semua POGOs oleh akhir tahun ini.
Industri POGO bermula di Filipina pada 2016 di bawah pimpinan sebelumnya Rodrigo Duterte, yang dikritik karena membiarkan kegiatan-kegiatan ilegal terjadi sebagai industri itu membawa miliaran peso ke kantong negara.
Sejak saat itu, Filipina telah menjadi hub utama untuk perjudian online yang ditujukan kepada puluhan ribu penggemar di China. Dalam beberapa tahun terakhir, Asia Tenggara telah melihat surutnya sindikat skimming online yang menghasilkan keuntungan besar dari korban-korban di seluruh dunia, termasuk di China dan Amerika Serikat.
Dalam masa pandemi COVID-19, banyak kasino ilegal yang berpindah menjadi sindikat skimming ketika pengunjung kering karena batas-batas yang ditutup. Banyak dari mereka yang bekerja untuk sindikat-sindikat ini adalah korban-korban trafficking manusia.
Sebagian besar pelaku di POGOs berasal dari China, namun sebagian besar korban juga berasal dari China, menurut Jaime FlorCruz, Ambasador Filipina ke China. Ia mengatakan bahwa POGOs telah bertahan karena melibatkan banyak uang yang memperoleh pendapatan bagi treasury lokal dan menciptakan pekerjaan di beberapa area Filipina.
"Semua hal seimbang, pembatasan POGO ini baik untuk hubungan Filipina-China. Ini memberikan kesempatan bagi kita untuk bekerja sama pada sesuatu yang bermanfaat bersama. Ini memungkinkan kita melakukan sesuatu yang baik untuk kesejahteraan publik," kata FlorCruz.
Beberapa POGOs terletak di mall-abandon, sementara lainnya ditemukan di lot-parking yang dikonversi atau kantor-kantor murah yang disewa. Kepolisian Manila telah meningkatkan pengawasan atas beberapa area ini, yang diyakini sebagai front untuk sentral-skimming dan kegiatan-kegiatan lain.
Pada bulan Maret, lebih dari 800 Filipina, China, dan warga asing lainnya diselamatkan dalam operasi penjagaan polisi terhadap sentral-skimming online yang berpura-pura sebagai kasino sekitar 100 kilometer utara ibu kota, seperti dilaporkan oleh regulator gaming negara.
Dalam beberapa tahun terakhir, Filipina telah menjadi hub utama untuk perjudian online yang ditujukan kepada puluhan ribu penggemar di China. Dengan pembatasan POGO ini, Filipina berharap dapat mengurangi dampak negatif dari industri judi online dan memperbaiki situasi keamanannya.
Saya harap artikel ini dapat membantu Anda dalam memahami berita terkini tentang pembatasan operasi judi online di Filipina.