Warkop DKI: Kisah Perjuangan Indro untuk Menghibakan Nama Besar

Warkop DKI: Kisah Perjuangan Indro untuk Menghibakan Nama Besar

Kompas.com – Sejak tahun 1973, Warkop DKI telah menjadi grup lawak legendaris di Indonesia yang memiliki nama besar dan digemari oleh banyak orang. Namun, ketika dua pentolan lainnya, Dono dan Kasino meninggal dunia, kondisi Warkop DKI tidak stabil karena hanya Indro yang tersisa.

Dalam wawancara dengan kanal YouTube TransTv, Rabu (17/5/2023), Indro mengungkapkan bahwa menjadi personel tunggal Warkop DKI sangat berat baginya. Ia merasa sendiri dan kehilangan sahabat-sahabatnya yang telah menemani dan tumbuh bersama selama puluhan tahun.

“Warkop itu Dono Kasino Indro, tanpa Dono Kasino itu bukan siapa-siapa dan apalagi ketika sendiri,” ucap Indro. “Dan pas sendiri itu kalau orang Betawi bilang leng-lengan, sudah kayak ngambang, selama satu setengah tahun saya mikir saya sudah bukan siapa-siapa nih.”

Namun, Indro sadar bahwa ia telah dititipkan pesan oleh mendiang Dono dan Kasino sewaktu hidup. Pesan itu adalah perjuangan untuk tetap mengibarkan nama Warkop DKI meski Dono dan Kasino sudah tiada.

“Tetapi di satu pihak saya punya beban, Mas Kasimo dan Mas Dono bilang ‘lu warkop, ketika kita enggak ada, lu warkop, bendera warkop ada di Pundak lu,’” kenang Indro.

Warkop DKI sendiri bermula dari sekumpulan mahasiswa UI, yakni Dono, Kasino, Nanu, dan Rudy Badil, serta satu mahasiswa Universitas Pancasila yakni Indro yang berkumpul dan mengisi sebuah acara radio. Mereka menjadi sangat terkenal lewat acara Obrolan Santai di Warung Kopi yang merupakan garapan Temmy Lesanpura, Kepala Bagian Programming di Radio Prambors.

Setelah melejit lewat radio, Warkop merambah layer lebar dan makin meraih kesuksesan. Mereka debut pertama lewat film Mana Tahaaan… yang rilis tahun 1979.

Saat itu, personel Warkop tinggal berempat, yakni Nanu, Kasino, Dono, dan Indro karena Rudy Badil mengundurkan diri lantaran seringkali demam panggung. Namun, pada 22 Maret 1983, Warkop ditinggal pergi Nanu yang meninggal di usia 30 tahun karena penyakit kanker ginjal.

Setelah itu, Warkop akhirnya mengusung nama DKI di belakangnya yang merupakan singkatan dari Dono Kasino dan Indro. Namun, sekarang hanya Indro yang tersisa dan berjuang untuk tetap menghibakan nama besar Warkop DKI.

“Saya mau menjaga warisan nama besar Warkop DKI,” ucap Indro. “Warkop itu lebih dari sekadar komedi, itu adalah bagian dari sejarah kita sebagai seniman dan sebagai orang Indonesia.”

Indro berharap bahwa dengan perjuangan dan kegigihan, ia dapat tetap menghibakan nama besar Warkop DKI dan menjadi salah satu legenda komedi Indonesia yang akan terus diingat generasi mendatang.