Tahun-tahun remaja adalah tahun-tahun penuh kesempatan, kenangan, dan pengalaman. Kasino, salah seorang generasi yang terbentuk dalam suasana politik dan budaya Indonesia pada era 1960-an, memiliki banyak kenangan indah dan berkesan dalam masa mudanya.
"Anehnya, kalau cewek tersebut saya pegang tangannya, nurut. Tidak dikipatake (ditepis, red.)," ungkap Kasino, menunjukkan bahwa dirinya tidak hanya memiliki kelelakian tapi juga memiliki kemampuan untuk berpegangan tangan dengan lawan jenis.
Kasino tidak hanya melanggar larangan pacaran tapi juga mengabaikan larangan berkelahi dari orang tuanya. Dia terpaksa menghadapi perkelahian dengan seorang tukang palak di dekat sekolahnya karena situasi membuatnya tak bisa menghindar dari perkelahian.
Namun, Kasino tidak pernah berkelahi lagi setelah memiliki kesempatan untuk memegang teguh pesan ibunya. "Wong ngalah iku duwur wekasane," kata sang ibu kepadanya, artinya orang mengalah itu tinggi harkatnya.
Kasino juga tidak mau kena tempeleng ayahnya. Menurutnya, kalau dia ketahuan terlibat perkelahian, ayahnya akan lebih dulu mengoreksi tingkah laku anaknya dengan memukulnya.
Selain itu, Kasino memiliki masa remaja yang berdekatan dengan masa maraknya demonstrasi pelajar anti-Sukarno dan anti-PKI. Mereka tergabung dalam Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) dan SMP tempat Kasino belajar tak luput pula dari pergolakan ini.
Kegiatan belajar terganggu, tapi orang tua Kasino memindahkan putranya ke Cirebon agar tetap bisa belajar. Di sana dia memperoleh pelajaran membaca al-Qur’an dari guru ngaji dan mulai berkesempatan mempelajari alat-alat musik.
Cirebon memberikan pengalaman baru lainnya kepada Kasino, seperti dia menjadi pemain band, pegang rhythm, dan menyanyi. Dia sering memainkan lagu-lagu band kebanggaannya, The Beatles, saban ngeband.
Saat itu kekuasaan Sukarno sudah melemah dan pengawasan terhadap musik-musik Barat melonggar. Kasino tampil dengan setelan ala hippies, sebuah tatanan hidup baru anak muda di Amerika Serikat.
Dengan topi ala Bali, jaket klewer-klewer penuh gambar bunga, dan naik motor, Kasino tak hanya meniru gaya hidup Hippies tapi juga memiliki kesempatan untuk berkesempatan mempelajari alat-alat musik dan bergabung dalam Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI).
Meski penampilannya urakan, otak Kasino tetap cemerlang. Dia berhasil menembus jurusan Administrasi Niaga Fakultas Ilmu Sosial Universitas Indonesia dan bertemu dengan Nanu, Rudi Badil, Dono, Temmy Lesanpura, dan Indro.
Pertemuan yang mengubah harapan orang tuanya dan jalan hidupnya sendiri. Kasino menjadi bagian dari generasi yang terbentuk dalam suasana politik dan budaya Indonesia pada era 1960-an, memiliki banyak kenangan indah dan berkesan dalam masa mudanya.