Kamboja dikenal dengan budaya perjudian yang kuat, terutama dalam bentuk kartu atau game dadu. Namun, pada tahun 1999, pemerintah Kamboja mengeluarkan larangan resmi terhadap aktivitas perjudian ilegal. Pada saat itu, banyak penyelenggaraan perjudian yang beroperasi di bawah tanah dan illegal.
Setelah larangan terhadap perjudian, beberapa penyelenggara perjudian Tionghoa meninggalkan Kamboja dan tidak kembali ke China. Sebaliknya, banyak dari mereka pindah ke negara bagian Karen, Myanmar, di region perbatasan Thailand-Myanmar, tempat mereka mendirikan operasi perjudian.
Banyak orang Kamboja memiliki gagasan bahwa perjudian akan merusak hidup, seperti yang dituliskan dalam proverb lbaeng taeng vineah (Khmer: ល្បែងតែងវិនាស). Proverb ini mereflekskan berbagai masalah sosial yang terkait dengan perjudian, termasuk kejahatan yang terkait dengan perjudian ilegal dan pengembalian utang, persengketaan domestik, dan adiksi perjudian yang merusak.
Meskipun larangan resmi terhadap warga Kamboja untuk berpartisipasi dalam bentuk apa pun dari perjudian tidak sah, perjudian tetap menjadi bagian penting dari budaya Kamboja. Banyak orang Kamboja bermain kartu atau game dadu, baik di tempat umum maupun di bawah tanah.
Namun, perjudian juga memiliki implikasi yang merugikan pada masyarakat Kamboja. Banyak orang Camboia kehilangan hartanya karena adiksi perjudian dan tidak dapat menyelesaikan utang mereka. Selain itu, kejahatan terkait dengan perjudian ilegal juga menjadi masalah serius.
Pemerintah Kamboja telah mengambil beberapa langkah untuk menghentikan perjudian illegal, termasuk memberikan lisensi kepada beberapa operator casino yang sah. Namun, permasalahan perjudian tetap menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Kamboja.
Dalam kesempatan ini, kami akan membahas lebih lanjut tentang perjudian di Kamboja, termasuk sejarahnya, implikasinya, dan langkah-langkah yang telah diambil pemerintah untuk menghentikan perjudian illegal.