Etika Negosiasi: Poker, Idealist, atau Pragmatist

Etika Negosiasi: Poker, Idealist, atau Pragmatist

Negosiasi adalah sebuah proses yang memerlukan kemampuan berkomunikasi, strategi, dan etika. Dalam beberapa kasus, negosiasi dapat menjadi sulit jika tidak dilakukan dengan cara yang etis. Oleh karena itu, penting untuk memahami apa yang disebut sebagai etika dalam negosiasi.

Poker School

Pada awalnya, orang yang berpandangan "It's a Game" Poker School memandang bahwa negosiasi adalah sebuah permainan dengan aturan pasti. Mereka berpendapat bahwa penawaran dengan cara mengancam adalah sebuah permainan, semua orang dianggap memiliki aturan yang sama, dan aturan tersebut dianggap bertentangan dengan sebuah aturan yurisdiksi tunggal yang berlaku.

Mereka yang berpandangan seperti ini memiliki tiga masalah pokok. Pertama, mereka beranggapan bahwa penawaran dengan cara mengancam adalah sebuah permainan, sehingga dapat memungkinkan penggunaan cara-cura curang. Kedua, mereka menganggap semua orang dianggap memiliki aturan yang sama, sehingga tidak perlu peduli pada etika. Ketiga, aturan tersebut dianggap bertentangan dengan sebuah aturan yurisdiksi tunggal yang berlaku.

Idealist School

Orang yang berpandangan Idealist School berpendapat bahwa proses penawaran adalah salah satu aspek kehidupan sosial bukan sebuah aktivitas spesial dengan keunikannya sendiri dalam membuat aturan. Mereka tidak akan mengijinkan penggunaan cara-cura curang walaupun tidak melanggar aturan dalam sebuah negosiasi.

Mereka yang berpandangan seperti ini sangat tidak menyetujui bahwa sebuah negosiasi dianggap sebagai permainan. Negosiasi adalah sesuatu hal yang dianggap serius dan memiliki konsekuensi pada masa yang akan datang. Mereka juga menganggap bahwa seorang pragmatis yang melakukan kebohongan sebagai salah satu trik negosiasi tidak etis.

Pragmatist School

Karakter orang seperti ini masih menyadari tentang tidak etisnya sebuah kecurangan dalam bernegosiasi, tetapi pada situasi tertentu dia tetap melakukannya karena dianggap tidak melanggar aturan. Mereka lebih sering melakukan dan mengijinkan kebohongan sebagai salah satu trik negosiasi dibanding seorang idealis.

Mereka yang berpandangan seperti ini memiliki lima cara untuk memblok dan menghindari bencana untuk melindungi kepentingan mereka. Pertama, mereka menyatakan bahwa pertanyaan itu di luar batas. Kedua, mereka menjawab dengan pertanyaan yang berbeda. Ketiga, mereka menghindar dari pertanyaan tersebut. Keempat, mereka memberi pertanyaan pada diri sendiri. Kelima, mereka merubah subyek dari pertanyaan tersebut.

Kesimpulan dan Saran

Artikel ini sudah cukup baik menjelaskan mengenai tiga paham yang dianut sebagian orang dalam melakukan negosiasi. Namun, masih perlu dilengkapi lagi adalah mengenai faktor-faktor penyebab seseorang menganut paham sebagai seorang pemain poker, idealis, atau seorang pragmatis. Selain itu, juga perlu dijelaskan mengenai kemungkinan seseorang berubah pandangan mengenai paham-paham yang mereka anut tadi.

Dalam negosiasi, kita juga membutuhkan berbagai trik khusus untuk menghadapi orang-orang yang memiliki pemahaman cara bernegosiasi yang berbeda-beda. Kita harus siap untuk mengantisipasi tentang perubahan pandangan orang tersebut dalam negosiasi yang berbeda dibanding periode sebelumnya.

Dalam kesimpulan, etika negosiasi sangat penting untuk dilakukan dengan cara yang tepat dan sesuai. Dengan memahami tiga paham yang dianut sebagian orang dalam melakukan negosiasi, kita dapat menjadi lebih efektif dalam bernegosiasi dan menghindari konflik.