Dalam era globalisasi, beberapa negara kecil telah berpaling dari tradisi dan mencoba untuk menjadi lebih signifikan dalam arena internasional. Salah satu contoh tersebut adalah Tonga, sebuah negara pulau di Pasifik Selatan. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang TongaSat, sebuah perusahaan telekomunikasi yang didirikan oleh pemerintah Tonga dan memiliki pengaruh signifikan terhadap politik luar negeri negeri tersebut.
Pada tahun 2002, Tongasat memulai usaha sendiri dengan mengakuisisi satelit Esiafi-1. Satelit ini sebelumnya dikenal sebagai Parallax dan Comstar 4d, yang diluncurkan oleh NASA pada tahun 1981. Dengan demikian, TongaSat menjadi salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di dunia, setelah mengakuisisi slot satelit yang sebelumnya tidak digunakan.
Tongasat juga telah mempengaruhi politik luar negeri Tonga, sehingga negeri tersebut mengakui China sebagai negara tunggal, bukan Taiwan. Perubahan ini terjadi karena TongaSat memiliki pengaruh signifikan dalam menentukan kebijakan luar negeri negeri tersebut.
Tongasat juga telah menjadi inspirasi bagi beberapa negara lainnya, termasuk Gibraltar, Papua New Guinea dan Bermuda, yang mengikuti jejak Tonga dalam klaim slot satelit yang tidak digunakan. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang TongaSat dan pengaruhnya terhadap politik luar negeri negeri tersebut.
Pengaruh lainnya dari Tongasat adalah bahwa perusahaan telekomunikasi ini telah menyerukan perhatian internasional. Salah satu contoh tersebut adalah pada tahun 1990, sebuah artikel di New York Times berjudul "Tiny Tonga Seeks Satellite Empire in Space" (Tonga Kecil Menginginkan Kekuasaan Satelit di Ruang Angkasa), yang menyoroti usaha Tongasat untuk mengakuisisi slot satelit.
Selain itu, Tongasat juga telah menjadi subjek dari berbagai penelitian dan kajian, termasuk penelitian tentang konsep "stateless capitalism" (kapitalisme tanpa negara) yang dikemukakan oleh Anthony van Fossen dalam artikelnya tahun 1999.
Dalam kesimpulan, TongaSat telah menjadi perusahaan telekomunikasi yang signifikan dan memiliki pengaruh terhadap politik luar negeri negeri tersebut. Dengan mengakuisisi slot satelit yang tidak digunakan dan mempengaruhi kebijakan luar negeri negeri tersebut, Tongasat telah menjadi inspirasi bagi beberapa negara lainnya dan menyerukan perhatian internasional.
Referensi:
- van Fossen, Anthony (1 Juni 1999). "Globalization, Stateless Capitalism, and the International Political Economy of Tonga's Satellite Venture". Pacific Studies. 22: 26.
- Mendosa, David (Desember 1994). "Tongasat's Flawed Genius". Retrieved 3 April 2012.
- Andrews, Edmund L. (28 Agustus 1990). "Tiny Tonga Seeks Satellite Empire in Space". New York Times. Retrieved 3 April 2012.
- Tupou, L. A.; Kupu, S. (2000). "TongaSat: its obligation to Tonga and the Pacific region". Pacific Health Dialog. 7 (2): 98-99. ISSN 1015-7867. PMID 11588938.
- Ezor, Jonathan Ira (1992-1993). "Costs Overhead: Tonga's Claiming of Sixteen Geostationary Orbital Sites and the Implications for U.S. Space Policy". Law and Policy in International Business. 24: 915.
- Levin, Harvey J. (1991). "Trading Orbit Spectrum Assignments in the Space Satellite Industry". The American Economic Review. 81 (2): 42-45. ISSN 0002-8282. JSTOR 2006822.
- Thompson, Jannat (1996). "Space for Rent: The International Telecommunications Union, Space Law, and Orbit/Spectrum Leasing". Journal of Air Law and Commerce. 62 (1): 279.
- Riddick, Don (1 Februari 1994). "Why does Tonga own Outer Space?". Air and Space Law. 19 (1): 45-56.
- https://www.tonga.gov.to/