Drama Korea "Whispers: Chapters of Love" memang memiliki kelebihan yang sangat signifikan. Musiknya tolerabel, dengan penggunaan instrumentals dan background noises yang minimal. Tetapi, what really stands out is the visual aspect. Dekorasinya stylish dan sesuai dengan tema drama. Kontras warna digunakan secara ekslusif, membuat suasana dramatis menjadi lebih hidup.
Bahkan, character dalam drama ini memiliki motivasi yang tinggi, serta kecacatan dan kharisma yang memukau. Aktornya juga melakukan pekerjaan yang sangat baik. Cerita ini berfokus pada plot utama dan sub-plot terkait, sehingga tidak ada waktu untuk cerita-cerita sekunder atau investigasi polisi.
Namun, tidak seperti drama Korea lainnya, "Whispers: Chapters of Love" tidak memiliki rekapan atau flashback yang berlebihan. Cerita ini juga tidak terlalu realistic dalam detail, tetapi essensinya sangat uncanny. Itu sebabnya, ketika karakter-karakter dalam drama ini melakukan kesalahan, hal itu menjadi titik awal untuk mengekspos sesuatu dari masa lalu atau menciptakan masalah baru yang dapat digunakan sebagai senjata lawan.
Dalam hal humor, drama ini juga memiliki beberapa adegan lucu yang tidak terlalu berlebihan. Adegan-adegan tersebut menjadi bagian dari plot cerita dan bukan hanya sebagai penyebaran humor secara acak.
Namun, ada beberapa hal yang saya kurang suka dalam drama ini. Pertama, Convenience everywhere. Beberapa hal yang tidak pernah memiliki alasan logis untuk terjadi, ternyata mengambil bentuk. Kedua, romance-nya terasa seperti dibuat-buat dan tidak perlu. Ketiga, cerita ini tidak begitu menggugah emosi, sehingga saya tidak terlalu peduli dengan karakter-karakter atau plot cerita.
Dalam kesimpulan, "Whispers: Chapters of Love" adalah drama Korea yang memiliki kelebihan-kelebihan yang signifikan. Musiknya tolerabel, visualnya stylish dan sesuai, character-nya motivasi dan kharismatik, serta cerita-nya fokus dan logis. Namun, ada beberapa hal yang kurang suka saya tentang drama ini.