Kalimat adalah salah satu unsur dasar dalam bahasa Indonesia. Kalimat sendiri dapat diurai menjadi struktur yang lebih kecil, yaitu klausa. Klausa, pada gilirannya, juga memiliki struktur yang lebih kecil, seperti subjek, predikat, objek, dan adjung.
Slot pada Tataran Klausa
Pada tataran kalimat, slot-subjek, slot-predikat, slot-objek, dan slot-adjung terdapat. Slot ini membentuk struktur yang jenjangnya lebih rendah dan membawahi struktur yang jenjangnya lebih tinggi.
Predikat Kata Kerja
Menurut teori tagmemik, predikat harus berupa kata kerja. Selain kata kerja, tidak mungkin menduduki slot predikat. Dengan demikian, tidak ada istilah kalimat nominal. Bentuk-bentuk gramatikal seperti "Ayahnya seorang guru", "Rumahnya di tengah kota", dan sebagainya sama sekali bukan kalimat nominal, melainkan klausa ekuatif.
Ciri Etik dan Emik
Aliran tagmemik mulai menegakan eksistensi ciri-etik dan ciri-emik di dalam suatu struktur. Ciri-etik adalah ciri yang tidak membedakan struktur, sedangkan ciri-emik adalah ciri yang membedakan struktur. Ciri-etik dan ciri-emik ini tidak hanya terbatas pada penggunaan istilah fonetik dan fonemik saja, akan tetapi berlaku untuk semua struktur gramatikal.
Rumus di dalam Analisis
Di dalam analisis selalu menggunakan rumus yang rapi, lengkap, dan tuntas. Sebuah klausa "Marco van basten telah memasukan lima gol" dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rumus ini dibaca: Klausa transitif terdiri atas tagmen subjek bersifat wajib dengan peran pelaku yang diisi oleh kata benda, tagmen predikat bersifat wajib dengan peran statemen yang diisi oleh frasa benda, dan tagmen objek bersifat wajib dengan peran penderita yang diisi oleh frasa benda.
Analisis dimulai dari Klausa
Apabila aliran struktural mengawali analisisnya dari kata, teori transformasional mengawali analisisnya dari kalimat, maka teori tagmemik mengawali analisisnya dari tataran klausa. Dengan demikian, tataran klausa memiliki kedudukan sangat penting.
Tidak ada Batasan antara Morfologi dan Sintaksis
Teori tagmemik memang secara formal belum pernah diterapkan di dunia pengajaran bahasa. Akan tetapi berdasarkan beberapa cirri yang dikemukakan tadi, tampaknya teori ini memiliki peluang besar menjadi landasan bagi pengajaran bahasa (khususnya pengajaran bahasa Indonesia).
Referensi
Soeparno. (2002). Dasar-dasar linguistic umum. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Read: Aliran Linguistik Transformasional