Pengembangan jaringan telekomunikasi nasional menjadi sangat penting, terutama di wilayah-wilayah perbatasan, terluar, dan yang kurang berkecimpul (3T). Mereka adalah daerah-daerah yang memiliki potensi besar dalam pengembangan infrastruktur digital.
Menurut Latief, sekitar 150 ribu titik layanan publik yang meliputi fasilitas pendidikan, pemerintahan setempat, keamanan dan pertahanan, serta fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia akan dipenuhi oleh SATRIA-1 kemudian. Jaringan telekomunikasi ini akan menjadi bagian dari infrastruktur digital nasional yang lebih kuat.
SATRIA-1 sendiri menggunakan teknologi High Throughput Satellite (HTS) dengan frekuensi Ka-Band, memiliki kapasitas 150 Gbps. Pembuat satelit SATRIA-1 adalah Thales Alenia Space, dengan peluncuran Falcon 9-5500.
Untuk mendukung kinerja SATRIA-1, Kementerian Komunikasi dan Informatika juga akan menyediakan satelit cadangan berupa Hot Backup Satellite (HBS), dengan kapasitas 80 Gbps. HBS Provision Project juga menggunakan teknologi HTS dengan frekuensi Ka-Band, bekerjasama dengan pembuat satelit Boeing, serta diluncurkan menggunakan peluncuran Space-X Falcon 9.
Pihak-pihak administrator Indonesia akan menggunakan orbit slot 113 E. Proyek HBS berada di tahap konstruksi mulai semester kedua tahun 2022 dan direncanakan untuk diluncurkan ke ruang pada semester kedua tahun 2023.
Berita terkait: Indonesia mengincar satelit untuk menggagas jurang digital
Berita terkait: Kementerian mencari pesawat cargo alternatif untuk membawa satelit SATRIA-1
Translation: Livia K, Natisha A, Resinta S Editor: Rahmad Nasution Copyright © ANTARA 2022