Kita hidup di era digital yang mengharuskan kita memiliki teknologi yang cepat dan canggih. Salah satu contoh adalah frame rate tinggi dalam merekam video. Frame rate tinggi dapat memberikan berbagai keuntungan, seperti membuat scene a la slowmotion tanpa terlihat patah-patah, meningkatkan kualitas gambar, dan lebih detail lagi.
Yang pertama adalah soal slowmotion. Dengan merekam pada frame rates di atas 90fps, kita bisa mendapatkan scene a la slowmotion tanpa harus terlihat patah-patah. Zaman sekarang, kita pasti membutuhkan momen-momen yang seperti ini, yang lebih bagus ketika dijadikan slow-mo.
Kemudian yang kedua adalah dalam merekam olahraga. Saat ini, kalau kalian seperti saya yang suka nonton highlight NBA dan sepakbola di Youtube, pasti lebih suka kalau ada yang upload di resolusi HD 60fps, iya nggak? Tampilan jadi lebih bagus lebih detil, dan tidak terkesan lambat banget kayak slowmo, jadi mungkin 60fps adalah standar bagus untuk video karena tidak terlalu cepat hingga ada motion blur yang parah dan tidak terlalu lambat.
Selain itu, frame rate tinggi juga sangat bermanfaat dalam merekam olahraga. Sejauh ini menonton video yang 60fps baru enak kalau nonton aktivitas sporty karena gerakan-gerakan mereka yang real. Beberapa channel olahraga malah (kalau pakai TV kabel) udah menyiarkan pertandingan dengan settingan 60fps.
Namun, tidak semua video memerlukan frame rate tinggi. Sebaliknya coba bayangkan nonton music video di Youtube yang 60fps, ada nggak? Jarang kan? Kalau ada coba tonton, nyaman nggak lihatnya? Ini efek yang sama seperti The Hobbit tadi. Belum banyak music video yang dimainkan dari hasil rekaman 60fps, jadi ketika kita menontonnya terasa nggak nyaman karena “nggak biasa”.
Begitu juga ketika kita melihat adegan kung fu yang sambil terbang, atau fighting scene biasa lah kalau perlu, kemudian direkam menggunakan setting 60fps, dijamin pasti nggak nyaman. Karena beda dengan tinju beneran, scene berkelahi pada film ada koreografinya, gerakan-gerakannya ditata, ketika direkam dengan 60fps dan motion blur jadi “hilang”, pasti adegannya jadi kayak main pura-pura berkelahi banget (apalagi yang adegan kung fu sambil terbang).
Poinnya adalah: frame rate tinggi baik karena membuat video terkesan lebih nyata, tapi ketika digunakan untuk merekam sesuatu yang “nggak nyata” jadi membuat scene itu lebih “nggak nyata”.
Kembali ke pertanyaan awal, frame rates mana yang paling baik? Tergantung pada video seperti apa yang ingin Anda rekam. Secara pribadi saya menyarankan tetap di standar film semua video pada umumnya 24-30fps, kemudian ketika merekam olahraga, alam liar, dan lain-lain yang full of movement secara natural bisa coba di 60fps, jika mau slow-motion bisa coba 120fps.
Itu dia, kalau ada pendapat lain bisa coba komen di kolom komen ya… Ciao!