Kehadiran aparat negara, seperti tentara dan polisi, tidak hanya sebagai garda pengamanan namun juga sebagai pelindung bisnis individu. Istilah "umega" atau usaha menambah gaji menjadi semacam permainan kartu domino di mana salah satu pilar utama dijatuhkan maka akan berimbas keambrukan mata rantai yang lain.
Contohnya, kiprah militer AS di Iraq. Dalam pandangan militer AS, Irak merupakan proyek besar karena ladang-ladang minyaknya tidak akan habis hingga ratusan tahun ke depan. Di sini militer AS bermain membuat "kapling-kapling" di Irak bersama kaum pengusaha. Para entrepreneur mendukung secara penuh kebutuhan militer untuk penciptaan kondisi di daerah sasaran.
Artinya, bahwa dukungan riil baik dana maupun peralatan dari kaum pengusaha sesungguhnya merupakan hutang militer yang harus dibayar dalam bentuk proyek di Irak nantinya jika misinya berjalan sukses. Ketika kenyataan berbalik, dengan kata lain, kehancuran militer AS dan sekutunya di Irak, otomatis berdampak buruk terhadap perekonomian serta dunia usaha di AS berikut mata rantai yang ada di muka bumi.
Berpengaruh pada teori domino adalah jika satu pilar utama telah mati maka berimbas kepada kehancuran mata rantai pendukungnya. Kekalahan militer AS dan sekutu dalam perang di Irak mengandung konsekuensi kehancuran ekonomi dan dunia usaha penyuplainya.
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia juga telah mengalami kesulitan dalam politik proteksi. Beberapa contoh adalah adanya aparat negara yang bermain bisnis sambil menjaga "rumahnya" dan "sopirnya". Dengan demikian, loyalitas dan nilai kejuangan para prajurit dalam sistem seperti ini niscaya agak terpecah.
Mana yang harus didahulukan: tugas negara atau bos yang menghidupinya? Wajar berkembang anekdot ejekan ada tentara bayaran, polisi penjaga Cina, anjingnya konglomerat, dan seterusnya. Persoalan tentang buruknya tingkat kesejahteraan dan gaji kecil menjadi alasan klasik mengapa aparat negara berbuat demikian.
Permainan kartu domino yang dilakukan oleh aparat negara tidak hanya berimbas pada konflik antar-negara namun juga memiliki efek pada perekonomian dan dunia usaha. Oleh karena itu, perlu adanya penyelesaian yang seimbang dan transparan untuk mengatasi masalah tersebut.
Kesimpulannya, teori domino menunjukkan bahwa jika satu pilar utama telah mati maka berimbas kepada kehancuran mata rantai pendukungnya. Dalam politik proteksi, kehadiran aparat negara tidak hanya sebagai garda pengamanan namun juga sebagai pelindung bisnis individu.
Dengan demikian, perlu adanya kesadaran dan perhatian yang lebih besar pada konsekuensi kehancuran ekonomi dan dunia usaha yang ditimbulkan oleh politik proteksi. Semakin banyak kesadaran, semakin besar kemampuan dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Penulis: Hamid Ghozali
Alamat: Warung Contong Timur 1 Cimahi
Nomor Handphone: 0817437171
E-mail: [email protected]