Sejarah Judi di Jakarta: Dari Kemegahan hingga Penghancuran

=====================================================

Jakarta, ibu kota Indonesia, memiliki sejarah yang panjang dan kompleks dalam bidang judi. Dalam artikel ini, kita akan menyelami masa lalu Jakarta, dari kemegahan kasino-kasino pada zaman Ali Sadikin hingga penghancuran yang akhirnya melahirkan para pecandu judi mencari peruntungan ke luar negeri.

Pada awal tahun 1970-an, Jakarta menjadi pusat judi di Indonesia. Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta pada saat itu, membangun Ibu Kota Jakarta dengan berbagai proyek, termasuk pembangunan kasino-kasino. Salah satu contohnya adalah Copacabana Casino di Ancol yang dibuka pada tahun 1970-an. Kasino ini sangat populer dan menjadi tujuan favorit bagi pecandu judi.

Namun, setelah masa jabatan Ali Sadikin berakhir pada tahun 1977, para pengusaha judi kehilangan "pelindung" utamanya. Pada April 1981, Copacabana Casino di Ancol ditutup untuk selamanya oleh Gubernur Tjokropranolo karena perintah Pak Harto bahwa judi harus dihapus, bukan dialihkan ke tempat lain.

Kasino-kasino lain juga mengikuti nasib yang sama. Tetapi Hailai, sebuah kasino yang memiliki bisnis klub malam, berhasil melawan arus dan tetap beroperasi dengan menggantikan namanya menjadi International Hailai Executive Club. Klub malam ini pernah sangat terkenal hingga menyurut di tahun 2000-an.

Akibat ditutupnya kasino-kasino di Jakarta, banyak pejudi yang tak punya pilihan selain terbang ke Genting di Malaysia atau ke Makau yang memang terkenal sebagai "Las Vegas of Asia". Hal ini sebenarnya tidak disukai oleh Ali Sadikin karena dianggap hanya membuang devisa ke negara lain.

Namun, ditutupnya kasino-kasino di Jakarta malah memberikan ide bisnis bagi Frank Woodmore, pengusaha properti asal Perth. Ia kemudian menggandeng pengusaha asal Solo, Robby Sumampow, membangun bisnis judi di Pulau Natal (Christmas Island), Australia pada tahun 1985 dengan nama Christmas Island Resort Pty Ltd.

Lokasi berjudi yang kemudian terkenal dengan nama Christmas Island Casino and Resort pun melaju kencang. Pengunjung kasino alias pejudi di sana umumnya berasal dari berbagai kota Asia Tenggara termasuk Jakarta.

Namun, Christmas Island Casino yang pernah disebut sebagai salah satu kasino paling menguntungkan di dunia tidak berusia panjang. Setelah hanya beroperasi sekitar 4 tahun, kasino ini akhirnya ditutup karena krisis finansial yang menghantam Asia pada tahun 1997-1998.

Setelah kasino-kasino tersebut semuanya menghilang, para pecandu judi Indonesia pun mulai melanglang buana ke berbagai negara. Ada yang kembali ke Genting Highlands di Malaysia dan Makau, Cina. Selain ke Malaysia dan Makau, banyak pejudi yang juga mencoba peruntungan ke Burswood Island Casino (kini bernama Crown Perth) di Perth atau ke Jupiters Hotel Casino (The Star Gold Coast) di Gold Coast, Queensland, Australia, hingga tak sedikit yang bahkan ke Las Vegas, AS.

Judi memang begitu. Dia akan selamanya ada ketika manusia masih selalu mencari peruntungan secara instan. Meskipun sudah terbukti selama ribuan tahun, bandar judi akan semakin kaya dan pemain judi bakal kian merana.

Jadi? Jangan berjudilah kawan!