======================================================
Pada tahun 1950-an, Amerika Serikat memulai sebuah teori yang dikenal sebagai "teori domino". Teori ini mengatakan bahwa jika suatu negara jatuh ke tangan komunis, maka negara-negara lain di sekitarnya juga akan terpengaruh dan jatuh ke tangan komunis. Hal ini dapat menyebabkan "roti lapis merah" yang membentuk sebuah zona komunis yang besar.
Teori domino pertama kali dikemukakan oleh Presiden Dwight D. Eisenhower pada tahun 1954. Ia berpendapat bahwa jika Vietnam jatuh ke tangan komunis, maka negara-negara lain di Asia Tenggara seperti Thailand, Malaya, dan Indonesia juga akan terpengaruh. Oleh karena itu, Amerika Serikat harus membantu Republik Vietnam (selatan) untuk melawan pemerintahan komunis di utara.
Pada tahun 1960-an, teori domino digunakan sebagai alasan bagi Amerika Serikat untuk ikut campur dalam Perang Vietnam. Pemerintah AS berpendapat bahwa jika komunisme menguasai Vietnam, maka negara-negara lain di Asia Tenggara akan terpengaruh dan jatuh ke tangan komunis.
Selain itu, teori domino juga digunakan sebagai alasan bagi Amerika Serikat untuk menentang gerakan sayap kiri di Eropa Barat. Pada tahun 1960-an dan 1970-an, serangan teroris sayap kiri dilancarkan oleh kelompok-kelompok seperti Brigade Merah Italia, Faksi Pasukan Merah Jerman, dan Pasukan Merah Jepang.
Dalam wawancara Frost/Nixon tahun 1977, Richard Nixon mempertahankan destabilisasi rezim Salvador Allende di Chili oleh Amerika Serikat dengan alasan teori domino. Ia berpendapat bahwa Chili dan Kuba yang komunis akan menciptakan "roti lapis merah" yang dapat menggencet Amerika Latin.
Pada 1980-an, teori domino digunakan untuk membenarkan intervensi pemerintahan Reagan di Amerika Tengah dan kawasan Karibia. Dalam memoarnya, mantan Perdana Menteri Rhodesia Ian Smith menyebut kebangkitan pemerintahan sayap kiri otoriter di Afrika Sub-Sahara pada era dekolonisasi sebagai "taktik domino kaum komunis".
Kartun politik Carlos Latuff yang menyamakan teori domino dengan Musim Semi Arab.
Sejumlah analis kebijakan luar negeri di Amerika Serikat menyebut penyebaran teokrasi Islam dan demokrasi liberal di Timur Tengah sebagai dua kemungkinan adanya teori domino. Pada masa Perang Iran–Irak, Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya mendukung Irak karena khawatir teokrasi radikal Iran akan menyebar di Timur Tengah.
Semasa invasi Irak 2003, sejumlah pihak neokonservatif Amerika berpendapat bahwa apabila pemerintahan demokratis dibentuk di Irak, demokrasi dan liberalisme akan menyebar di Timur Tengah. Hal tersebut dijuluki sebagai "teori domino terbalik" karena efeknya dianggap positif oleh Barat, bukan negatif.
Dalam sintesis, teori domino dapat digunakan sebagai alasan bagi Amerika Serikat untuk ikut campur dalam konflik-konflik di luar negeri, termasuk Perang Vietnam. Teori ini menganggap bahwa jatuhnya sebuah negara ke tangan komunis akan menyebar dan mencapai negara-negara lain, sehingga perlu dilakukan intervensi untuk mencegah penyebaran komunisme.