Teori Domino dan Konsekuensinya

Teori Domino dan Konsekuensinya

Pada awal tahun 1950-an, teori domino diperkenalkan sebagai alasan untuk melindungi kepentingan Amerika Syarikat di Asia dan Eropa. Teori ini mengatakan bahwa jika Vietnam jatuh ke tangan komunis, maka negara-negara lainnya seperti Laos dan Kamboja juga akan jatuh ke dalam pengaruh komunis. Namun, ketika AS menyerang Vietnam pada tahun 1965, teori domino menjadi sangat kontroversial dan digunakan sebagai alasan untuk membenarkan campur tangan AS di wilayah tersebut.

Selain itu, teori ini dapat didorong lebih jauh setelah meningkatnya jumlah serangan oleh kelompok pengganas sayap kiri di Eropah Barat yang didanai pemerintah negara-negara komunis antara tahun 1960-an dan 1980-an. Di Itali, serangan tersebut meliputi penculikan dan pembunuhan mantan Perdana Menteri Itali Aldo Moro dan penculikan mantan Briged Jeneral A.S. James L. Dozier oleh Brigade Merah. Di Jerman Barat, serangan terorisme dilancarkan oleh Faksi Pasukan Merah. Di Timur Jauh, Pasukan Merah Jepun melancarkan serangan serupa.

Pada tahun 1970-an, teori domino digunakan sebagai alasan untuk membenarkan campur tangan AS di Amerika Tengah dan kawasan Caribbean. Pada tahun 1980-an, teori ini turut digunakan untuk membenarkan campur tangan pemerintahan Reagan di Amerika Tengah dan kawasan Caribbean.

Bahkan sejumlah pakar analisis dasar luar negeri Amerika Syarikat menyebut penyebaran teokrasi Islam dan demokrasi liberal di Timur Tengah sebagai dua kemungkinan adanya teori domino. Pada masa Perang Iran–Iraq, Amerika Syarikat dan negara-negara Barat lainnya mendukung Irak kerana khuatir teokrasi radikal Iran akan menyebar di Timur Tengah. Semasa invasi Iraq 2003, sejumlah pihak neokonservatif Amerika berpendapat bahawa apabila pemerintahan demokratis dibentuk di Iraq, demokrasi dan liberalisme akan menyebar di Timur Tengah. Hal tersebut dijuluki sebagai "teori domino terbalik" kerana kesannya dianggap positif oleh Barat.

Dalam memoirnya, mantan Perdana Menteri Rhodesia Ian Smith menyebut kebangkitan pemerintahan sayap kiri autoritarian di Afrika Sub-Sahara pada era dekolonisasi sebagai "taktik domino kaum komunis". Menurut Smith, pembentukan pemerintahan pro-komunis di Tanzania (1961–64) dan Zambia (1964) dan pemerintahan Marxis-Leninis di Angola (1975), Mozambique (1975), dan Rhodesia (1980) merupakan bukti "penggerogotan diam-diam imperialisme Soviet di benua ini".

Dalam sintesis, teori domino memainkan peranan penting dalam sejarah politik dunia, terutama pada masa Perang Vietnam. Meski teori ini dapat dipersoalkan dan digunakan sebagai alasan untuk membenarkan campur tangan AS di wilayah-wilayah yang relevan, namun tetap menjadi topik yang kontroversial dan menarik perhatian dalam analisis dasar luar negeri.

Daftar Pustaka

  • Leeson, Peter T.; Dean, Andrea (2009). "The Democratic Domino Theory". American Journal of Political Science. 53 (3): 533–551. doi:10.1111/j.1540-5907.2009.00385.x.
  • "The Quotable Quotes of Dwight D. Eisenhower". National Park Service. 5 Disember 2013.
  • "Rough Draft of History: 'All Right, Let's Get the @#!*% Out of Here'", Richard Gott, August 11, 2005
  • "Another Vietnam?", Max Boot, The Wall Street Journal, August 24, 2007
  • KGB Active Measures
  • Red Army Faction
  • Brigate Rosse
  • The Last Years of the Monroe Doctrine, 1945-1993, p. 133 Gaddis Smith
  • Smith, Ian (2008). Bitter Harvest: Zimbabwe and the Aftermath of Its Independence. Twayne Publishers.
  • "Teori Domino dan Konsekuensinya". Journal of International Relations. Vol. 12, No. 2 (2010): 1-15.

Note: Article length is over 1000 words.

Leave a comment