Bandung – Sebagian besar warga Indonesia pernah menggandrungi permainan judi berkedok sumbangan pada akhir-akhir zaman Orde Baru (Orba). Berduyun-duyun, warga memasang undian untuk program yang digagas pemerintah dengan nama Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah atau SDSB maupun Pekan Olahraga dan Ketangkasan (PORKAS) tersebut.
Jika kebetulan bisa menang nomor undian yang dipasang, cerita manisnya akan terus terkenang. Tapi sebaliknya, apabila sang pemain kalah dan malah kecanduan, sekelumit masalah pun dipastikan akan segera datang. Bahkan tak jarang, akibat candu SDSB dan PORKAS itu, bahtera rumah tangga si pemainnya lambat laun akan menuju masa kehancuran.
Sosiolog Universitas Padjajaran Ari Ganjar Herdiansyah mengatakan, SDSB dan PORKAS pada waktu itu membuat banyak warga di Tanah Air menjadi kecanduan. Bagaimana tidak, satu kupon judi tersebut pada saat itu sudah bisa dikantongi pemainnya hanya dengan harga seribu perak.
"Dampak negatifnya adalah turunan dari kecanduan lotere atau judi tersebut. Misalnya berimbas pada perekonomian keluarga dan kemudian hancurnya hubungan keluarga," kata Ari saat berbincang dengan detikJabar, Rabu (12/4/2023).
Meski belum menemukan contoh secara langsung, namun menurut Ari, judi dengan kedok apapun tetap saja bakal mengganggu hubungan sosial hingga ke rumah tangga. Hal ini sekarang bisa dilihat dengan merebaknya judi slot maupun judi online lainnya yang berimbas kepada keharmonisan pasangan.
Contoh empiriknya memang tidak ada. Tapi logikanya gini, meski SDSB, PORKAS sudah ditutup, judi sekarang masih tetep ada, ilegal. Contoh, togel, kemudian sekarang judi slot. Itu dampaknya dimana-mana, sama salah satunya hubungan keluarga rusak," ungkapnya.
Tak hanya itu saja, candu judi bisa membuat pemainnya kehilangan kepercayaan diri di lingkungan sosial. Penyebab terbesarnya, kata Ari, karena si pemain itu punya utang menumpuk akibat kecanduan untuk berjudi hingga tidak bisa ditahan.
Modal sosial juga rusak. Akibatnya kepercayaan antar anggota masyarakat menurun karena utang-piutang dari judi," tuturnya.
Karena kondisi itu lah, warga Indonesia yang mulai sadar dan meninggalkan candu SDSB hingga PORKAS saat itu lalu memilih memberikan perlawanan. Kemudian, muncul gelombang penentangan di mana-mana yang menurut Ari tak jarang menimbulkan bentrokan hingga penghancuran outlet judi tersebut.
"Pada waktu era SDSB dan PORKAS, banyak protes dari masyarakat juga karena melihat dampak buruknya yang nyata, pasti salah satunya masalah di keluarga. Akhirnya marak protes menentang lotere/judi yang berakhir bentrokan. Penghancuran outlet-outlet lotre juga akhirnya dilakukan sebagai bentuk protes itu," pungkasnya.
Era Reformasi dan Kesadaran Warga Terhadap Dampak Negatif Judi
Pernyataan ini sekaligus menutup era Orde Baru dan membuka tirai era reformasi melalui masa pemerintahan transisi. BJ Habibie, saat dilantik sebagai presiden baru, "dibiarkan" tanpa disapa oleh Soeharto meski sudah mengejar dari Cendana sampai Istana Merdeka. "Presiden Soeharto, manusia yang sangat saya hormati, cintai, dan kagumi, ternyata menganggap saya seperti tidak pernah ada.."
Referensi
2,Efek Domino Lotre SDSB Cs: Candu yang Jadi Benalu …
Bandung – Sebagian besar warga Indonesia pernah menggandrungi permainan judi berkedok sumbangan pada akhir-akhir zaman Orde Baru (Orba). Berduyun-duyun, warga memasang undian untuk program yang digagas pemerintah dengan nama Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah atau SDSB maupun Pekan Olahraga dan Ketangkasan (PORKAS) tersebut.
Jika kebetulan bisa menang nomor undian yang dipasang, cerita manisnya akan terus terkenang. Tapi sebaliknya, apabila sang pemain kalah