Minggu (1/1/2019) – Di tengah kota Banjarmasin, terdapat sebuah komunitas yang unik dan menarik perhatian. Mereka adalah para pemburu ikan dengan senapan angin, yang sejak dua tahun lalu telah berkembang menjadi lebih dari 50 orang.
Toha, salah satu anggota komunitas ini, telah mengaku bergabung dalam komunitas tersebut sejak beberapa waktu lalu. Sebelum berburu, Toha akan memantau kondisi dan cuaca di Sungai Veteran, tempat favoritnya untuk mencari ikan. "Lebih banyak sasaran tembakan itu ikan nila. Untuk ikan haruan (gabus), terkecuali besar. Ya, karena penampakan ikan nila yang lebar lebih mudah ditembak, saat muncul permukaan air," ucap Toha.
Dalam kesempatan ini, Toha menggunakan senapan angin yang disulap layaknya senapan pemburu. Dilengkapi dengan teropong, peluru berbentuk anak panah, benang untuk mengaitkan peluru, pendorong peluru ke laras, serta perlengkapan lainnya, Toha pun bisa membawa pulang paling sedikit 10 ekor ikan.
Ma'ruf, rekannya yang juga bergabung dalam komunitas ini, memiliki senapan angin yang hanya diutak-atik sedikit dan berbiaya Rp 1 juta. "Terpenting saat menembak ikan itu harus tenang dan mengamati gerakan mereka di atas permukaan air saat menghirup udara. Kalau sudah tepat sasaran, langsung tembak," kata Ma'ruf.
Baik Toha maupun Ma'ruf mengaku bahwa baru dua tahun lalu terbentuk komunitas pemburu ikan dengan senapan angin di Banjarmasin dan sekitarnya. Anggotanya kini sudah mencapai lebih dari 50 orang, yang tersebar di mana-mana.
"Untuk menjadi anggota Paiban, Toha mengatakan tak perlu repot, cukup punya koneksi dan senapan angin pemburu ikan. 'Ya, karena sama hobi, kami bentuk komunitas. Sebenarnya di Pulau Jawa sudah ramai penembak ikan dengan senapan angin. Apalagi, sekarang di kanal Youtube, sudah bermacam-macam jenis senapan, jadi tinggal pilih saja," ucap Toha.
Walhasil, sebagian ikan yang berhasil ditembak itu pun dibawa pulang Toha. Sebagian lagi, bisa dijual karena ikannya masih segar, meski di bagian tubuh ikan terdapat lubang bekas tembakan peluru.
Dalam kehidupan sehari-hari, para anggota komunitas Paiban ini lebih banyak menghabiskan waktu mereka di sungai-sungai dan rawa-rawa sekitar Banjarmasin. Mereka biasanya berburu ikan bersama-sama, baik ke Karang Intan, Sungai Tabuk, atau daerah yang banyak ikannya.
Dalam kesempatan ini, Toha mengaku bahwa mereka tidak hanya berburu ikan untuk menikmati hidup, tapi juga sebagai hobi dan pekerjaan sampingan. "Kami biasanya menjual ikan kepedagang-pedagang seafood di pasar, ataukah ke restoran-restoran di kota," ucap Toha.
Dalam beberapa tahun terakhir, industri sawit telah mengalami kesulitan, sehingga keberadaan ikan pipih di Kalsel makin langka. Namun, para anggota komunitas Paiban ini tetap optimis dan terus berburu ikan dengan senapan angin.
Dalam artikel ini, kami akan membahas lebih lanjut tentang gaya hidup para sultan Banjar yang berburu binatang di sungai-sungai dan rawa-rawa sekitar Banjarmasin.