SugarRush: Mitos atau Fakta

SugarRush: Mitos atau Fakta

======================================================

It was the first day of the rest of my life. I was no longer going to be shat on.

— Sugar Rush (2005)

Pernahkah Anda merasa seperti memiliki keinginan untuk memiliki seseorang atau sesuatu yang dapat membuat Anda sadar bahwa Anda tidak satu-satunya yang mengalami masalah, emosi, harapan, atau tekanan? Quotes adalah salah satu hal-hal tersebut.

Sugar rush adalah istilah yang mengacu pada kondisi ketika seseorang menjadi sangat aktif setelah mengonsumsi gula. Kaitannya dengan sugar rush, banyak orangtua dan organisasi kesehatan yang percaya bahwa ada hubungan antara pola makan dengan perilaku anak.

Namun, sejauh ini, sebagian besar studi belum menemukan keterkaitan tersebut. Bahkan, banyak industri medis yang meyakini bahwa tidak ada hubungan antara gula dengan hiperaktif.

Asal-usul teori sugar rush

Dilansir dari WebMD, gagasan bahwa makanan dapat memiliki efek pada perilaku mulai berkembang pada tahun 1973. Ketika itu, Benjamin Feingold, MD, menerbitkan Diet Feingold yang menganjurkan pola makan bebas salisilat, pewarna makanan, dan penyedap buatan untuk mengatasi hiperaktif.

Baca juga: Ketahui Manfaat Gula dan Batasan Konsumsi Gula Harian

Meski Feingold tidak menyerukan secara khusus untuk tidak mengonsumsi gula, ini menyarankan kepada banyak orangtua bahwa aditif makanan sebaiknya dihindari.

Kemudian, sebuah studi tahun 1978 yang diterbitkan dalam Jurnal Food and Cosmetics Toxicology menemukan, anak-anak hiperaktif yang diberikan tes toleransi glukosa menunjukkan hasil hipoglikemia reaktif (gula darah rendah).

Penelitian lainnya

Dilansir dari BBC Science Focus Magazine, para ilmuwan di Jerman dan Inggris menganalisis data dari 31 penelitian yang melibatkan hampir 1.300 orang dewasa.

Penelitian tersebut bertujuan untuk menyelidiki efek gula pada aspek suasana hati, seperti kemarahan, depresi, kelelahan, dan kewaspadaan.

Menggabungkan hasil dari beberapa penelitian, para peneliti menyimpulkan, makanan manis tidak memiliki efek positif pada suasana hati, terlepas dari jumlah yang dikonsumsi.

Sebaliknya, orang yang mengonsumsi gula justru cenderung merasa lebih lelah dan kurang waspada pada satu jam pertama sesudahnya.

Peneliti utama, Dr. Konstantinos Mantantzis dari Universitas Humboldt, Berlin, mengatakan, gagasan bahwa gula dapat meningkatkan suasana hati telah berpengaruh dalam budaya populer sehingga banyak yang mengonsumsi makanan manis dengan tujuan untuk melawan kelelahan.

“Temuan kami dengan sangat jelas menunjukkan bahwa klaim semacam itu tidak terbukti. Jika ada, mungkin gula akan membuat merasa lebih buruk,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

=====

Leave a comment