Sementara saya sedang membahas masalah anak dengan orang tua lain, mereka memberitahu saya bahwa tidak ada dasar ilmiah untuk percaya bahwa manis membuat anak hyperaktif. (It's old news, by the way, yang membuatnya menjadi sangat aneh jika banyak dari kita masih belum memahami.) Konsep ini jauh terlalu dalam dipegang, meskipun saya sendiri pernah bertanya apakah saya terlalu cepat menyalahkan gula untuk kebiasaan buruk anak saya (atau kegagalan saya mengendalikan anak yang berusia tiga tahun).
Bukti
Gula, bahan tambahan makanan, telah menjadi bahan yang paling jahat dalam pandangan kita. Kami sangat menikmati gula dan telah sepenuhnya menggantikan lemak sebagai penjahat obesity yang umum diterima. Namun, satu hal yang tidak dilakukan oleh gula adalah mempercepat sifat hyperaktif. Ilmuwan mulai mempelajari ini secara serius pada 1970-an setelah seorang alergis Amerika, Benjamin Feingold, merekomendasikan penghapusan bahan tambahan makanan untuk mengobati hyperaktivitas anak. Pada tahun 1995, meta analisis dari 23 studi paling reliabel (menggunakan kuantitas gula yang diketahui, dan placebos, dan dengan anak-anak, orang tua, dan peneliti yang buta terhadap kondisi-kondisi) diterbitkan di Journal of the American Medical Association. Gula tidak memiliki efek yang terlihat pada perilaku anak dalam studi-studi ini.
Trik Pikiran
Bagaimana jutaan orang tua dapat salah? Dengan mudah: ekspektasi menyebabkan kesalahan kognitif, yang mengaburkan penilaian. Pada tahun 1994, sebuah studi di Journal for Abnormal Child Psychology mengumpulkan grup 35 anak laki-laki, berusia lima hingga tujuh tahun, yang ibunya mengatakan mereka sangat peka terhadap gula. Beberapa anak dipertahankan bahwa mereka telah menerima dosis gula yang besar, dan sisanya diinformasikan bahwa mereka berada dalam grup placebos. Padahal, semua anak telah menerima placebos.
Ibu-ibu tersebut direkam sementara mereka interaksi dengan anak-anak mereka, dan, menurut studi itu, "ibu-ibu dalam kondisi ekspektasi gula mengatakan anak-anak mereka sebagai sangat hyperaktif". Observasi perilaku juga menunjukkan bahwa ibu-ibu tersebut lebih banyak mempertahankan jarak fisik dan berbicara dengan anak-anak mereka.
Mitos Sweets lainnya
Sementara teman saya yang marah tidak mau percaya, mengatakan bahwa orang dewasa perlu sebuah pick-me-up gula di siang hari. "It's giving us an energy boost, right?" Well, tidak menurut Luc Tappy, ahli gula di Universitas Lausanne. "What would be the effect on brain energy?" he asks. "I would say not much." Glukosa darah sangat terregulasi untuk memastikan otak memiliki cukup bahan tersebut, apa pun yang terjadi. "You will have almost the same amount of glucose transporting around your brain when your blood sugar is relatively low or quite high," he adds. Hanya ketika Anda akan pernah merasa berbeda secara sadar dalam energi otak adalah jika Anda memperbaiki (dengan gula) gejala hipoglikemik seperti kesulitan untuk konsentrasi, pikiran yang tidak koheren dan kekhawatiran.
OK, saya seorang orang sehat yang setelah makan siang, melakukan beberapa jam bekerja keras di komputer. Pada waktu teh, saya lelah dan ingin gula. Apakah saya memiliki defisit energi otak yang perlu diobati dengan gula? "Feeling tired," says Tappy, "doesn't mean that your brain lacks sugar or energy, but taking a break and eating something maybe allows you to take a rest and give you a psychological boost."
Mitos Sweets Low
Kami semua telah diingatkan tentang sifat gula low yang biasanya mengikuti sifat gula rush. Jika Anda mengkonsumsi banyak gula sekaligus, produksi insulin akan terstimulasi (untuk memantau tingkat glukosa darah). Sebanyak 90 menit kemudian, Anda mungkin merasa lesu dan tidak memiliki energi. Namun, Tappy menjelaskan bahwa sifat gula low ini bukanlah efek langsung dari konsumsi gula, melainkan lebih karena hipoglikemik yang terjadi.
Mitos Sweets lainnya
Sementara orang tua saya berbicara tentang masalah anak dengan manis, mereka tidak memahami bahwa sifat hyperaktif pada anak-anak biasanya disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti kurang tidur, kekurangan vitamin D, dan stres. Mereka hanya menggagalkan masalah tersebut dengan menyalahkan gula.
Artikel ini tidak bermaksud untuk menyalahkan orang tua yang memiliki anak-anak hyperaktif. Tujuan dari artikel ini adalah untuk membantu orang tua memahami bahwa sifat hyperaktif pada anak-anak biasanya disebabkan oleh faktor-faktor lain, bukan hanya karena manis. Dengan demikian, orang tua dapat membuat keputusan yang tepat dalam menghadapi masalah tersebut.