Gula dapat menjadi salah satu bahan yang paling tidak sehat dalam diet anak-anak. Menurut Dr. Segura, ahli gizi, anak-anak yang mengkonsumsi gula terlalu banyak kemudian akan merasa lapar, lelah, atau emosi. Namun, hal ini sebenarnya adalah indikasi bahwa tubuh mereka membutuhkan makanan yang lebih penuh protein dan lemak.
Yaffi Lvova, RDN, pemilik Baby Bloom Nutrition, berpendapat bahwa beberapa anak dapat menjadi hyperaktif karena keseruan mendapatkan gula. "Anak yang biasanya tidak diberikan gula akan merasa seperti sedang mengadakan pesta ketika akhirnya mereka mendapatkannya," kata Lvova.
Efek Gula
Walaupun ilmu belum menemukan hubungan langsung antara konsumsi gula dan perilaku hyperaktif, gula dapat berkontribusi pada penurunan energi dan masalah kesehatan. Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), makanan dengan tambahan gula tidak boleh menjadi lebih dari 10% kalori harian pada anak-anak usia 2 tahun ke atas. Bagi anak-anak di bawah usia 2 tahun, tambahan gula harus dihindari sepenuhnya.
Gula yang ditambahkan dalam diet anak-anak biasanya datang dari minuman manis (soda, jus), makanan ringan manis (muffin, cookie, cake), dan kadang-kadang, coklat. Jika Anda menjadi penggemar gula untuk anak Anda, Anda mungkin ingin mempertimbangkan mengurangi konsumsi gula.
Efek Jangka Pendek
Efek jangka pendek dari mengkonsumsi gula terlalu banyak dapat dilihat pada perilaku anak-anak. Mereka akan mengalami "sugar rush" yang intens, diikuti dengan kenaikan energi, dan akhirnya, mood yang buruk. "Karena gula adalah karbohidrat sederhana yang dapat hancur cepat, gula sendiri dapat membuat anak-anak menjadi lapar lagi sebelumnya, sehingga mereka menjadi lelah dan emosi," kata Dr. Segura.
Beberapa anak juga dapat merasa sakit secara sementara setelah mengkonsumsi gula. "Gula pada perut kosong dapat menyebabkan sakit perut," kata Dr. Segura.
Efek Jangka Panjang
Mengkonsumsi gula terlalu banyak dapat berkontribusi pada masalah kesehatan yang serius. "Kalori dari gula dapat menumpuk cepat dan menyebabkan penambahan berat badan," kata Dr. Segura. "Penambahan berat badan pada anak-anak dapat berkontribusi pada hipertensi, dislipidemia, resistensi insulin, penyakit hati lemak, dan diabetes tipe 2."
Untuk kebanyakan anak, mungkin lebih baik tidak melarang gula sepenuhnya. Beberapa ahli menemukan bahwa banyak anak yang tidak mendapatkannya gula ketika diberikan kesempatan untuk mengkonsumsinya. "Efek jangka panjang dari larangan gula adalah preferensi yang kuat terhadap gula saat mereka dapat membeli sendiri," kata Lvova.
Makanan untuk Energi Stabil
Jadi, bagaimana cara mengontrol konsumsi gula pada anak-anak? Mungkin dengan memberikan mereka gula dalam jumlah moderat dan menyiapkan makanan yang lebih seimbang. "Cara terbaik untuk mengurangi efek gula adalah dengan menggabungkan gula dengan karbohidrat kompleks, lemak, atau protein," kata Dr. Segura. "Gula-related bursts and dips hampir tidak terasa karena lemak dan protein membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dicerna dan di metabolisme, sehingga memberikan sumber energi stabil."
Makanan ringan yang mengandung serat, seperti granola bar, yogurt, atau susu, dapat menjadi pilihan snack yang seimbang. Sementara itu, Lvova juga merekomendasikan mengurangi daya tarik gula dengan berbagi makanan manis dengan anak-anak dari waktu ke waktu. "Menggunakan mereka bersama-sama memberikan rasa-neutrality tentang makanan," kata Lvova.
Dalam kesimpulan, konsumsi gula pada anak-anak dapat berkontribusi pada masalah kesehatan yang serius dan perilaku yang buruk. Oleh karena itu, orang tua harus lebih waspada dalam memantau konsumsi gula pada anak-anak dan menggabungkan makanan yang seimbang dengan kebutuhan energi stabil.
References
- Center for Disease Control and Prevention (CDC). (2022). Added Sugars in Diet. Retrieved from https://www.cdc.gov/healthyweight/healthy_eating/index.htm
- Dr. Segura, A. G. (n.d.). The Effects of Sugar on Children's Behavior. Retrieved from https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780128131433000068