Keterkaitan Gula dengan Kejadian Kepala Pusing

Keterkaitan Gula dengan Kejadian Kepala Pusing

Gula yang berlebihan dapat menyebabkan keadaan keterikatan darah gula yang cepat dan tidak stabil. Hal ini dapat menimbulkan berbagai gejala, termasuk sakit kepala. Peningkatan level gula darah dapat disebabkan oleh konsumsi karbohidrat yang terlalu banyak atau asupan gula yang berlebihan.

Sementara itu, tingkat gula darah yang rendah juga dapat menimbulkan sakit kepala dan rasa nyeri otot. Orang-orang yang menggunakan insulin memiliki risiko lebih besar mengalami tingkat gula darah yang rendah.

Gula yang dikonsumsi dalam jumlah besar atau tidak cukup dapat menyebabkan perubahan level gula darah secara cepat. Hal ini dapat menimbulkan gejala seperti sakit kepala dan rasa nyeri otot. Beberapa orang menggambarkannya sebagai "hangover" atau "sugar crash".

Pada kasus diabetes, tubuh tidak dapat mengatur level gula darah secara alami. Mereka memerlukan pengobatan medis, diet, atau strategi gaya hidup lainnya untuk mengelola level gula darah. Jika tidak dilakukan, level gula darah dapat meningkat terlalu tinggi atau turun terlalu rendah, menyebabkan sakit kepala dan gejala lain.

Tanpa pengelolaan yang efektif, diabetes dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan saraf. Hal ini dapat mempengaruhi sirkulasi darah ke otak dan meningkatkan risiko terhadap sakit kepala.

Kerusakan pada pembuluh darah juga dapat meningkatkan risiko terhadap kondisi jantung dan otak yang menyebabkan sakit kepala. Sakit kepala yang tiba-tiba dan intens mungkin disebabkan oleh serangan jantung atau ruptur aneurisma intrakranial.

Pemakanan yang tidak seimbang, seperti melewatkan waktu makan atau mengkonsumsi snack gula sebaliknya dengan makanan seimbang, dapat memicu episode migrain. Migrain adalah salah satu jenis sakit kepala yang paling umum.

Sementara itu, beberapa penelitian telah menemukan bahwa artificial sweeteners dan migraine memiliki keterkaitan yang tidak jelas. Namun, lebih banyak penelitian diperlukan untuk memahami hubungan antara keduanya.

Beberapa individu memiliki trigger migrain yang berbeda-beda, tetapi mencatat saat dan cara migrain terjadi dapat membantu menentukan apakah gula adalah trigger.

Gula dapat menjadi habit-forming. Hal ini dapat mengubah aktivitas otak seperti yang ilmuwan kaitkan dengan obat-obatan addictive. Makanan yang kurang gula dari biasanya juga dapat memicu sakit kepala "sugar withdrawal". Hal ini dapat terjadi pada hari pertama di diet baru, misalnya, atau setelah mengurangi konsumsi candy atau soda manis.

Studi tahun 2016 menemukan bahwa ketika orang-orang terpapar pada tingkat gula yang tinggi, otak mereka menghasilkan lebih banyak dopamine. Studi yang sama menemukan bahwa dalam tikus yang mengalami withdrawal sukrul (sugar), level dopamine berkurang. Dopamine adalah neurotransmitter yang memainkan peranan penting dalam kepuasan, motivasi, dan mood.

Ketika orang-orang tiba-tiba menghentikan konsumsi gula, otak mereka mungkin masuk ke dalam fase withdrawal, yang mungkin menyebabkan sakit kepala. Mengurangi konsumsi gula secara bertahap dapat mengurangi gejala ini.

Orang-orang biasanya dapat merawat sakit kepala yang ringan hingga sedang dengan obat-obatan penghilang rasa sakit dan istirahat. Namun, jika orang-orang mengalami sakit kepala persisten, mereka sebaiknya berkonsultasi dengan dokter. Hal ini dapat menunjukkan adanya masalah pada level gula darah atau lain-lain.

Untuk mencegah sakit kepala, orang-orang dapat mencoba:

  • Makan makanan seimbang dan bergizi
  • Memilih karbohidrat kompleks yang tidak diproses, seperti di buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian
  • Menghindari konsumsi gula berlebihan
  • Mengurangi stres dan istirahat yang cukup

Dengan demikian, dengan mengelola level gula darah dan gaya hidup seimbang, kita dapat mencegah sakit kepala dan gejala lain yang terkait.

Leave a comment