Bakpia Balong, 'Sumber Rejeki' Makanan Khas Peranakan Tionghoa-Jawa di Kota Solo

Bakpia Balong, ‘Sumber Rejeki’ Makanan Khas Peranakan Tionghoa-Jawa di Kota Solo

Kota Solo, Indonesia – Bakpia Balong, 'Sumber Rejeki' adalah makanan khas peranakan Tionghoa-Jawa yang sudah cukup melegenda di Kota Solo. Makanan ini telah berasimilasi dengan budaya lokal Indonesia, khususnya Jawa, dan menjadi salah satu oleh-oleh khas Solo.

Menurut sumber, bakpia adalah semacam pastri khas Fujian, salah satu daerah di Tiongkok berupa kue yang terdiri dari gulungan kulit panggang dengan varian isi. Kulit bakpia sendiri dibuat dari campuran tepung terigu, gula, dan garam yang kemudian dibentuk menjadi adonan dan adonan tersebut kemudian diisi dengan isian dan dibentuk bulat pipih.

Aslinya, isian bakpia berisi daging babi (non halal) dan kundur, namun karena diasimiliasi dengan budaya Indonesia yang mayoritas beragama Islam, isian bakpia ini diganti dengan varian lain, seperti kacang hijau, keju, dan varian lainnya.

Bakpia Balong sendiri dijual di kawasan Pecinan di Kota Solo, tepatnya di Jl. Kapten Mulyadi No.17, Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Surakarta atau tidak jauh dari lokasi Pasar Gede Hardjonagoro. Penamaan 'Balong' sendiri diambil dari kawasan Pecinan yang bernama Kampung Balong.

Ukuran asli khas Tiongkok Dilansir dari sebuah sumber, kuliner ini sudah ada sejak 1960 dan memang dikenal dengan ukurannya yang besar. Bakpia ini sudah dikelola oleh tiga generasi dan menurut penjelasan pengelola sekarang, ukuran Bakpia Balong yang besar ini mengacu pada ukuran asli dari negara asalnya, yaitu Tiongkok.

Awalnya, Bakpia Balong ini hanya tersegmentasi untuk komunitas Tionghoa saja, namun seiring berjalannya waktu, Bakpia Balong ini bisa dinikmati secara luas oleh kalangan masyarakat dan hingga sekarang menjadi oleh-oleh khas Solo.

Memasuki era 90an, kepopuleran Bakpia Balong meredup karena pemilik usaha yang merupakan generasi kedua, memilih untuk mengerjakan bisnis lainnya. Sampai akhirnya, putri dari keluarga pemilik usaha atau generasi ketiga mengambil alih dengan mengubah packaging menjadi lebih menarik dan kekinian di mana sebelumnya hanya terbungkus plastik dengan tulisan hanze yang berarti 'kebahagiaan', sekarang sudah terbungkus kardus dengan desain menarik.

Isian Bakpia Balong pun juga dikembangkan menjadi 12 rasa. 11 rasa di antaranya bisa dinikmati oleh umum dan satu hanya tersegmentasi karena bahannya dari non halal. 11 rasa yang bisa dikonsumsi umum di antaranya ada rasa cokelat, keju, durian, kacang merah, ayam, kacang hitam, kacang hijau, cokelat keju, keju susu, choco lava dan cappucino.

Karena dibuat dalam satu pabrik, Bakpia Balong ini tidak memiliki sertifikasi halal. Namun meskipun demikian, peminat Bakpia Balong masih tinggi, apalagi penjualannya juga masuk ke ranah online sehingga segmentasi pasarnya makin luas.

Dalam era digital seperti saat ini, Bakpia Balong telah menyebarluaskan diri melalui platform e-commerce dan media sosial, sehingga menjadi lebih mudah untuk mendapatkan oleh-oleh khas Solo ini. Bagi Anda yang ingin mencoba oleh-oleh khas Tionghoa-Jawa di Kota Solo, Bakpia Balong adalah pilihan yang sangat bagus.

Kata-kata Terakhir

Bakpia Balong, 'Sumber Rejeki' memang memiliki sejarah dan budaya yang kuat. Dengan berbagai varian rasa dan ukuran, makanan ini telah menjadi salah satu oleh-oleh khas Solo yang paling populer. Jika Anda ingin mencoba oleh-oleh khas Tionghoa-Jawa di Kota Solo, Bakpia Balong adalah pilihan yang sangat bagus.