======================================================
Pengobatan penyakit pada masyarakat Jawa dulu dilakukan dengan cara membakar dupa serta wewangian atau menggunakan bunga-bunga, sementara membaca doa dengan hitungan ganjil. Pasien/orang sakit disembuhkan dan dibacakan mantra dengan kedua tangannya memegang buah pinang. Dalam doanya yang diucapkan, antara lain:
si ketek, dunungmu ana ing lo doyong
Sesudah doa diucapkan dan ritual lain dilakukan, maka buah pinang tersebut harus dibuang, sebagai simbol bahwa penyakit telah terlepas. Demikian juga, dalam pengobatan penyakit tulang dan sendi, dulu digunakan doa-doanya yang ditujukan kepada Sambangbanger, serta membakar kemenyan dan membaca doa:
banyu apa pangananmu?, banyu putih!, balike, tak jur dadi banyu adem, arep katiban idu putih!
Sejarah Doa dan Mantra Orang Jawa
Doa-doanya berikut adalah doa yang ditujukan kepada Kanun untuk memohon perlindungan dari hantu dan roh-roh jahat selama perjalanan:
Kanun adalah sosok melayang di udara, menakutkan sebagai raksasa. Masyarakat Jawa dulu percaya bahwa Kanun dapat memakan 40 memedi setiap harinya.
Meskipun Kanun ini seram, namun tidak mengganggu manusia dan lebih terasa membantu manusia saat jalan di jalanan sepi. Oleh karena itu, orang-orang akan memanggil nama Kanun untuk menakutkan memedi lain:
Wonten Kanun sanking wetan, tinulak bali mengetan, si Kanun pangananmu apa?
Jim, Prayangan, Priyangan, Gendruwa, lalabane sikang Kanun neda nginum nginum shrang sambangi kurang setan luwih Kanun
Doa tersebut dibaca lengkap sesuai arah mata angin dan isi yang sama kecuali arah mata angin yang melengkapinya, yaitu utara, timur, barat, selatan, serta atas dan bawah.
Aji Aji Mantra Jawa Kuno
Dalam beberapa daerah Jawa jaman dahulu, kadang-kadang orang tua menambahkan aji-aji semacam aji wedi, aji kaget, yaitu mantra yang dimaksudkan agar anak-anak tidak mudah takut atau dikaget oleh setan, kunthianak, sawan sarab.
Ada juga yang meletakan kertas, bendera, payung kecil, dan lain-lain termasuk sapu lidi diujung kaki sebagai senjata dan tolak roh jahat serta mahluk jahat lain. Tombak sewu yaitu penancapan uborampe semacam lombok, dlingo, bangle, dan penancapannya mungkin masih bisa ditemui pada jaman sekarang.
Salah satu contohnya adalah dimana para pawang hujan menancapkan lombok, bawang merah, dan uborampe lain yang disunduk dengan lidi dan ditancapkan ke tanah dengan pembacaan doa-doanya khusus.
Tombak Sewu
Tombak sewu tersebut ditujukan untuk mengusir roh jahat, gendruwo, tektekan, serta khususnya untuk melindungi wanita/ibu dari hantu-hantu tersebut. Selain itu, meletakan pisau kecil yang bengkok, serta meletakan pangat atau daun pandan duri.
Sekian Artikel
Sekian artikel Mengenal Doa dan Mantra Orang Jawa, semoga memberikan pengetahuan baru tentang betapa banyak sejarah dan unsur-unsur khususnya dalam ilmu supranatural.