Dalam analisis statistik, daya hidup seseorang dapat diukur menggunakan indeks daya hidup, sedangkan mampu menahan napas dapat dihitung berapa lama seseorang dapat menahan nafas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara daya hidup dan mampu menahan napas pada sekelompok orang.
Metode
Peneliti memilih sekelompok orang dan mengukur daya hidup setiap orang menggunakan indeks daya hidup pertama. Mereka juga menghitung berapa lama seseorang dapat menahan nafas sebagai variabel kedua. Kemudian, data-data tersebut diplot dalam diagram sebar (scatter plot) dengan sumbu horizontal mewakili "kapasitas paru-paru" dan sumbu vertikal mewakili "waktu menahan napas".
Hasil
Berikut adalah contoh diagram sebar untuk beberapa individu:
Kapasitas Paru-Paru | Waktu Menahan Napas |
---|---|
400 cl | 21,7 detik |
Dalam diagram sebar ini, titik-titik yang berbeda mewakili setiap individu. Pada sumbu horizontal, nilai kapasitas paru-paru bervariasi dari 300 hingga 500 ml, sedangkan pada sumbu vertikal, waktu menahan napas bervariasi dari 15 hingga 25 detik.
Analisis
Dengan melihat diagram sebar di atas, tampaknya terdapat hubungan positif antara daya hidup dan mampu menahan napas. Semakin besar kapasitas paru-paru seseorang, semakin lama pula ia dapat menahan nafas. Hal ini berarti bahwa individu yang memiliki daya hidup lebih baik juga memiliki kemampuan untuk menahan napas dalam waktu yang lebih lama.
Matriks Petak Sebar
Sebagaimana dijelaskan pada Wikipedia, matriks petak sebar (scatter plot) dapat digunakan untuk memplot data dua dimensi. Dalam hal ini, matriks petak sebar digunakan untuk membandingkan variabel "kapasitas paru-paru" dan "waktu menahan napas". Setiap baris dan kolom dalam matriks tersebut mewakili satu dimensi, sedangkan setiap sel mencetak sebar dua dimensi.
Cara Membuat Scatter Plot Sederhana dengan R
Selain menggunakan diagram sebar, kita juga dapat membuat scatter plot sederhana menggunakan R. Berikut adalah contoh cara membuat scatter plot:
x = c(8, 7, 7, 5, 4, 3, 2)
y = c(10, 8, 9, 6, 5, 2, 2)
plot(x, y, xlab="Nilai x", ylab="Nilai y", main="Contoh Scatter Plot")
Dalam contoh di atas, kita membuat scatter plot dengan menggunakan fungsi plot()
dan memberikan nama pada sumbu-x dan sumbu-y dengan menggunakan atribut xlab
dan ylab
. Kita juga dapat menambahkan judul pada scatter plot dengan menggunakan atribut main
.
Tipe Scatter Plot
Selain itu, kita juga dapat membuat scatter plot dengan berbagai tipe, seperti:
- Tipe "l" untuk memberi garis penghubung antar titik
- Tipe "p" untuk memberi penebal titik
- Tipe "b" untuk memberi garis penghubung dengan penebal titik
- Tipe "c" untuk memberi garis penghubung tanta titik
- Tipe "h" untuk membuat histogram
- Tipe "s" untuk membuat grafik fungsi tangga
- Tipe "o" untuk membuat overplot (mirip dengan "b" cuman titiknya ditembus oleh garis penghubung)
Dalam contoh di atas, kita menggunakan tipe "b" untuk membuat scatter plot dengan garis penghubung dan penebal titik.
Dengan demikian, scatter plot dapat digunakan sebagai alat analisis statistik untuk memplot data dua dimensi dan membantu menentukan jenis hubungan yang ada di antara keduanya.