Sabar dalam Menjalan Rizki: Tuntunan dari Al-Qur'an dan Hadits

Sabar dalam Menjalan Rizki: Tuntunan dari Al-Qur’an dan Hadits

Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menentukan pembagian rizki di antara hamba-hamba-Nya, sehingga ada yang miskin dan ada pula yang kaya. Dalam keadaan tersebut, manusia seringkali berpikir bahwa kekayaan adalah ujian yang menguji kesabaran dan ketakwaannya. Namun, apakah kita telah berpikir dengan jernih bahwa kemiskinan pun dapat menjadi ujian Allah? Ya, demikian juga!

Pada hakikatnya, rizki itu tidak hanya sebatas pada materi, melainkan juga termasuk dalam aspek spiritual dan sosial. Kita harus memahami bahwa setiap hamba-Nya memiliki jatah rizki yang telah ditentukan oleh Allah, baik kaya maupun miskin. Sehingga, kita tidak perlu khawatir akan masa depan atau kemudian.

Namun, kadang-kadang kita lupa bahwa sabar dan kesabaran adalah bagian dari ajaran Islam yang harus dipahami dan diamalkan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah berfirman: "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas" (QS. Az-Zumar: 10).

Dalam hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam, dikatakan bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta. Sehingga, kita harus berbagi dan berinfak di jalan Allah, walaupun kita dalam keadaan yang kurang beruntung. Berbagi adalah salah satu cara untuk menunjukkan kesabaran dan ketakwaan kita terhadap Allah.

Contoh sosok figur panutan dalam menyikapi kekayaan adalah Nabi Sulaiman ‘alaihis salam. Dalam kisahnya, ia berucap: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: "Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari akan nikmat-Nya" (QS. An-Naml: 40).

Dalam kisahnya, Nabi Sulaiman menunjukkan bahwa kekayaan itu adalah ujian yang harus dihadapi dengan sebaik-baiknya. Ia bersyukur kepada Allah atas karunia-Nya dan tidak pernah mengingkari nikmat-Nya.

Demikian juga bagi orang yang kaya, ia harus mengetahui bahwa kekayaan itu adalah ujian, maka ia berusaha jalani ujian itu dengan sebaik-baiknya. Sehingga, ia menjadi golongan orang-orang yang bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Jika demikian sikap si miskin dan si kaya tersebut, maka sesungguhnya kekayaan dan kemiskinan itu sama saja bagi seorang muslim, yaitu sama-sama sebagai ujian dari Allah asalkan seseorang sudah sungguh-sungguh berusaha mengambil yang bermanfaat dalam hidupnya sesuai dengan ajaran Allah. Yang membedakan di antara keduanya hanyalah ketakwaan.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya" (HR. Muslim).

Wahai saudaraku yang sedang ditakdirkan miskin, tidakkah kita ingin menggapai janji Allah Subhanahu Wa Ta'ala berikut ini: "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas" (QS. Az-Zumar: 10).

Mari kita memahami dan mengamalkan ajaran Islam yang menyebut bahwa sabar dalam menjalan rizki adalah bagian dari kesabaran dan ketakwaan terhadap Allah. Sehingga, kita dapat menjadi golongan orang-orang yang berprestasi dan dicintai-Nya.