Pencegahan Demam Berdarah Dengue: Kunci Kesuksesan Terhadap Risiko Kematian

Pencegahan Demam Berdarah Dengue: Kunci Kesuksesan Terhadap Risiko Kematian

Dalam beberapa tahun terakhir, demam berdarah dengue (DBD) telah menjadi salah satu penyakit menular yang paling signifikan di Indonesia. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan baik, sehingga perlu dilakukan upaya cepat dan efektif untuk mencegah risiko kematian.

Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi, fase kritis dari infeksi DBD biasanya terjadi setelah hari keempat gejala demam muncul. Pada saat tersebut, demam yang dialami pasien cenderung akan menurun. Kondisi ini justru yang perlu diwaspadai karena jika tidak ditangani dengan baik, risiko kematian bisa terjadi.

"Jadi, sekalipun setelah didiagnosis DBD pasien diperbolehkan untuk pulang, monitoring tetap diperlukan. Penanganan harus cepat diberikan untuk mencegah risiko kematian," kata Imran.

Kementerian Kesehatan telah berupaya untuk memperkuat deteksi DBD dengan menyiapkan tes deteksi cepat DBD di setiap puskesmas. Alat ini diharapkan dapat mendukung upaya deteksi dini serta peningkatan mutu diagnosis dan penangan pada pasien DBD.

Selain itu, pemerintah juga telah menetapkan strategi penanggulangan DBD 2021-2025. Setidaknya ada enam hal utama yang akan dilakukan dalam strategi tersebut, meliputi:

  • Penguatan manajemen vektor yang efektif, aman, dan berkesinambungan
  • Peningkatan akses dan mutu tata laksana DBD
  • Penguatan surveilans DBD yang komprehensif
  • Peningkatan partisipasi masyarakat dan institusi
  • Penguatan kebijakan manajemen program
  • Pengembangan kajian, penelitian, dan inovasi

Gerakan satu rumah satu jumantik juga akan lebih diperkuat. Program ini dilakukan dengan meluangkan waktu setiap jam 10 selama 10 menit setiap minggu dalam 10 minggu berturut-turut untuk mengamati jentik yang ada di rumah.

"Gerakan satu rumah satu jumantik akan lebih diperkuat. Program ini dilakukan dengan meluangkan waktu setiap jam 10 selama 10 menit setiap minggu dalam 10 minggu berturut-turut untuk mengamati jentik yang ada di rumah. Gerakan ini merupakan gerakan yang mengikutsertakan masyarakat, dari masyarakat dan untuk masyarakat," ujarnya.

Inovasi lainnya yang kian masif dilakukan adalah dengan pemanfaatan bakteri Wolbachia untuk melumpuhkan virus DBD pada nyamuk Aedes aegypti. Inovasi tersebut telah digunakan sebagai pelengkap program pengendalian DBD yang sudah ada, seperti pemantauan sarang nyamuk dan gerakan satu rumah satu jumantik.

Vaksin DBD juga sudah diproduksi oleh PT Bio Farma sehingga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat di Indonesia. Namun, vaksin ini belum menjadi program nasional. Penjajakan dan kajian untuk memanfaatkan vaksin DBD sebagai program nasional masih dilakukan.

Dalam konklusi, pencegahan demam berdarah dengue memerlukan upaya cepat dan efektif dari semua pihak, termasuk masyarakat. Kemitraan antara pemerintah, organisasi, dan individu sangat penting untuk mencapai target zero mortality pada 2030 yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Leave a comment